Hidup Lebih Mudah dengan Metro
DENGAN penduduk 12,4 juta jiwa, Moskow seharusnya lebih crowded daripada Jakarta yang dihuni sekitar 10,5 juta jiwa. Atau, jauh lebih menjengkelkan ketimbang Surabaya yang penduduknya tidak sampai seperempat Moskow. Namun, kenyataannya tidak. Moskow sangat nyaman. Setidaknya untuk urusan transportasi publik.
Seperti kota-kota lain di pelosok dunia, Moskow juga diserbu berbagai moda transportasi berbasis online. Beragam aplikasi tersedia dan siap diunduh. Gratis. Salah satunya adalah Yandex Taxi.
Saya memanfaatkan aplikasi itu ketika bertolak dari apartemen di kawasan Leningradsky Prospekt 33 menuju Stadion Luzhniki. Jaraknya sekitar 8,2 km. Perjalanan berlangsung normal. Jalan-jalan utama di Moskow yang lebar memudahkan kendaraan untuk bermanuver. Namun, kendaraan tetap harus beberapa kali berhenti di traffic light.
Setelah sekitar 30 menit, saya sampai di tujuan. Biayanya RUB 303 atau sekitar Rp 66 ribu (mata uang Rusia adalah rubel). Karena alasan keamanan, sopir taksi menurunkan saya di salah satu pintu masuk Stadion Luzhniki. Saya masih harus berjalan sekitar 1 km untuk sampai ke venue pembukaan Piala Dunia 2018 tersebut.
Setelah urusan selesai, saya memutuskan balik ke apartemen dengan naik Metro, moda transportasi kereta bawah tanah. Stasiun Metro terdekat dari Luzhniki adalah Sportivnaya. Tidak sampai 300 meter dari pintu keluar stadion. Mayoritas warga Moskow sudah memiliki tiket terusan Metro dengan jangka waktu tertentu. Kalau saldo menipis atau habis, tinggal top up saja.
Untuk wisatawan atau pendatang, mereka bisa beli tiket harian. Harganya bervariasi, bergantung durasinya. Ada juga tiket sekali jalan. Harganya RUB 28 atau setara Rp 6.200.
Selain tiket yang murah, Metro bebas macet. Seratus persen. Iya lah, wong keretanya berjalan di bawah tanah. Nah, dari Sportivnaya ke apartemen, meski harus sekali berganti Metro, perjalanan saya berlangsung 22 menit. Lebih cepat daripada naik taksi. Lebih untung, saya tidak perlu beli tiket karena mendapatkan kartu free ride dari panitia Piala Dunia 2018. Rezeki anak saleh, hehe…
Dengan beragam keunggulan itu, Metro menjadi pilihan utama warga Moskow untuk beraktivitas sehari-hari. Bekerja, bertemu dengan teman, atau jalan-jalan. Beroperasi mulai pukul 05.30–01.00, Metro melayani sekitar 7 juta orang setiap hari. Itulah mengapa kehidupan di atas tanah Moskow tidak ruwet. Sebab, sebagian besar warganya wira-wiri di bawah tanah.
Tentu, pemerintah Rusia bukan pesulap yang bisa dengan cepat menciptakan sistem transportasi seperti itu. Prosesnya panjang. Jaringan pertama Metro di- bangun pada 1935. Ya, itu 10 tahun sebelum Indonesia merdeka.
Seiring dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk, jaringan Metro pun menyesuaikan. Kini, ada 12 line dengan 196 stasiun underground di berbagai penjuru Moskow. Jaringan tersebut akan terus berkembang dengan menambah 78 stasiun baru pada 2020. Metro Moskow bakal menambah jangkauan kereta bawah tanah hingga lebih dari 160 km.
Melihat berbagai kemudahan yang ditawarkan Metro Moskow, mau tak mau saya jadi iri. Kapan Jakarta bisa seperti itu? Kapan Surabaya tidak terus berwacana mewujudkan moda transportasi masal seperti Metro?
Eh, tiba-tiba saya jadi ingat bahwa kita sudahpunyaMetro.Tapi,masihkecil.Namanya Metromini!