Tarik Dua Jam, Dapat Rp 600 Ribu
SIANG itu matahari bersinar dengan terik. Embusan angin juga kencang. Namun, Lukman Hakim masih tetap semangat. Dia adalah seorang penarik perahu tambang dari Kebonsari menuju Bogangin. Menyeberang Kali Suroboyo. Meski peluh mengaliri wajahnya, dia tetap tersenyum. Beberapa kali dia bercengkerama dengan para penumpang perahunya.
Lukman mengatakan bahwa penumpang perahunya sedang sepi. Dia memprediksi karena sedang musim liburan. Hanya sedikit orang yang menyeberang. Siswa sekolah sedang libur. Karyawan yang masih bekerja juga tidak banyak. Kalaupun ada, rata-rata hanya warga sekitar. Selain itu, hanya ada beberapa ojek online.
Otomatis penghasilannya pun berkurang. Pada hari biasa, dengan jam kerja pukul 06.00–09.00, dia bisa mengantongi Rp 400 ribu. Sekali menyeberang, setiap orang ditarik Rp 1.000. Itu berarti ada 400 orang yang menggunakan jasa perahu tambang dalam kurun tiga jam. Bahkan, dia pernah mendapatkan Rp 600 ribu dalam dua jam. Sebab, ada acara pernikahan di Masjid Agung Surabaya.
Lukman menceritakan bahwa usia bisnis perahu tambang sudah tua. Bahkan, lebih tua daripada dirinya. Dia kelahiran 1991. Bisnis perahu tambang ada jauh sebelum dia lahir. Lukman mulai menjadi penarik pada 2006. Kapalnya tidak sebagus sekarang. Masih menggunakan tong. Bergeraknya pun masih mengikuti arus. Beda dengan sekarang, yang sudah menggunakan kapal dengan desain bagus.
Ayah dua anak itu menambahkan, menjadi penarik perahu tambang merupakan pekerjaan sampingan. Untuk tambahan biaya hidup, dia juga menjadi satpam di sebuah karoseri di wilayah itu. Namun, terkadang hasil kerja sampingannya dalam beberapa hari bisa menyamai, bahkan melebihi, gaji satpam.
Perahu tambang beroperasi mulai lepas subuh sampai pukul 22.00 karena ada pabrik di dekat sana. Bila pulang malam, para karyawan juga menggunakan jasa perahu tambang.
Selain di Kebonsari, Surabaya memiliki beberapa spot perahu tambang. Di antaranya, di Gunungsari yang menghubungkan dengan Ketintang.