Jawa Pos

Anak Petani Bayam, Janji Kembali ke Desa

Imam Santoso, Arek Ambulu yang Akan Jadi Doktor di Finlandia

-

Prestasi Imam Santoso begitu moncer. Dia adalah kandidat doktor dari salah satu universita­s ternama di Finlandia. Setelah pulang ke tanah air nanti, Imam bertekad membantu anakanak desa di Jember untuk meraih cita-cita terbaiknya.

ADI FAIZIN, Jember

SUDAH empat tahun terakhir Imam Santoso merasakan tantangan durasi puasa yang jauh lebih lama daripada di Indonesia. Sejak awal menginjakk­an kaki di kota Aalto, Finlandia, Imam harus berpuasa selama sekitar 21 jam setiap hari di bulan Ramadan.

’’Perlahan nanti waktu puasanya mundur lebih pendek. Ketika musim dingin, puasa bisa hanya enam jam. Tapi, itu masih sekitar empat tahun lagi,’’ tutur Imam sembari memberikan emotikon tersenyum. Jawa Pos Radar Jember berkesempa­tan mendapatka­n cerita menarik dari Imam Santoso melalui surat elektronik (e-mail) dan aplikasi pesan singkat di gawai.

Dengan waktu berbuka, sahur, serta salat Magrib, Isya, dan Subuh yang hanya tiga jam, kaum muslim di Finlandia menjalanka­n kelimanya hampir dalam satu waktu. ’’Untung, udara di sini sejuk, jadi tidak terasa,’’ tutur Imam.

Pemuda asal Dusun Watukebo, Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu, tersebut saat ini menjadi mahasiswa tingkat akhir program doktoral di Aalto University, salah satu universita­s terkemuka di Finlandia. Setelah empat tahun berjuang, Imam kini menantikan proses kelulusan dan bersiap membawa pulang gelar PhD dalam bidang teknik metalurgi ke Indonesia.

”Saat ini syarat kelulusan hampir semua sudah terpenuhi. Sekarang proses menulis disertasi dan persiapan public defense pada September nanti,’’ ujar Imam.

Selain diharuskan untuk mempresent­asikan karya tulisnya di depan publik dan dewan penguji, kampus tempat Imam berkuliah mensyaratk­an adanya publikasi ilmiah untuk lulus. Tidak main-main, selama kuliah dia harus menerbitka­n empat publikasi di jurnal internasio­nal. Namun, Imam sudah melampaui syarat itu karena berhasil menerbitka­n enam publikasi internasio­nal.

’’Kalau sekarang, saya juga masih ada percobaan di laboratori­um untuk menambah jumlah publikasi. Mumpung diberi fasilitas yang lengkap dan canggih di sini. Rencananya, saya pulang ke tanah air pada November 2018,’’ tutur pria kelahiran Jember, 29 Agustus 1983, tersebut.

Perjuangan Imam untuk mencapai posisi akademis saat ini terbilang berliku. Terlahir dari keluarga petani sederhana di Desa Andongsari, Ambulu, tak membuatnya ragu untuk mengejar mimpi setinggi langit. Sang ayah adalah seorang petani sederhana yang tidak memiliki tanah. Karena itu, sang ayah harus menyewa tanah agar bisa bertani.

’’Makanya bapak saya di desa disebut petani bayam. Sebab, dengan bayam, beliau menguliahk­an anak-anaknya,’’ tutur putra pasangan Suyanto dan (almarhumah) Siti Rohani tersebut.

Karena itu, saat lulus dari SMAN Ambulu dan melanjutka­n pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), Imam sempat kesulitan biaya. ’’Waktu itu orang tua sempat utang sana-sini untuk uang saku saya. Sebab, beasiswa di sana umumnya baru ada setelah semester II,’’ tutur alumnus SMP Muhammadiy­ah 9 Watukebo, Ambulu, tersebut.

Di ITB, Imam mengambil prodi teknik metalurgi yang berkaitan dengan dunia pertambang­an. Menariknya, inspirasi untuk menekuni metalurgi datang dari salah seorang tetanggany­a di kampung halaman. ’’Seorang tetangga saya ada yang bekerja sebagai petugas keamanan perusahaan tambang di Papua. Saat itu saya terbayang bahwa saya bisa menjadi orang kaya dengan bekerja di tambang,’’ tutur Imam, lantas tersenyum.

Berbekal beasiswa dari ITB, Imam melanjutka­n program doktoral ke Aalto University, sebuah kampus terkemuka di Finlandia. Tidak hanya pendidikan yang berkualita­s, dia merasakan kenyamanan tersendiri selama menempuh studi di salah satu negara di Skandinavi­a itu.

Selain itu, masa kecil yang penuh perjuangan membuat Imam bertekad untuk menularkan inspirasin­ya bagi anak-anak muda di Jember. Khususnya mereka yang tinggal di desa atau kurang beruntung secara ekonomi. ’’Asalkan ada kemauan, siapa pun bisa bersekolah di sekolah terbaik di dunia. Ada banyak beasiswa yang menanti,’’ tegasnya.

 ?? JAWA POS RADAR MALANG ?? DI RUANG KERJA: Imam Santoso di Finlandia menekuni metalurgi.
JAWA POS RADAR MALANG DI RUANG KERJA: Imam Santoso di Finlandia menekuni metalurgi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia