Mengerjakan Kuis Rasa Game Online Mudahkan Ortu Pantau Kegiatan Anak
Sekolah-Sekolah yang Manfaatkan Teknologi untuk Belajar-Mengajar
Kemajuan teknologi dimanfaatkan sekolahsekolah dalam proses belajar-mengajar. Selain efisien, penggunaan teknologi berbasis koneksi internet dirasa mampu mendongkrak prestasi serta inovasi para siswa.
CHRYSTILE Manlee begitu antusias saat mengikuti pelajaran sejarah. Setelah istirahat, dia bergegas menuju kelas dan merogoh kantong bajunya untuk mengambil handphone. Belasan murid lainnya di kelas X A1 SMA Kristen Gloria 1 menampakkan antusias serupa. Mereka cepat-cepat merogoh handphone dan segera online mengakses website www.kahoot.it.
Mula-mula, sang guru memastikan seluruh murid yang telah online berhasil mengakses website tersebut. Ada daftar para murid yang sudah online maupun tidak di website itu. Setelah semua anak terhubung, sejumlah pertanyaan pun muncul. Kuis harian pagi itu dimulai.
Ada layar portabel di depan kelas. Layar tersebut akan menampilkan soal yang harus mereka jawab. Setelah membaca soal di layar, siswa menjawab pertanyaan itu lewat handphone
yang digenggam. Ada durasi waktu menjawab yang terus berjalan dalam tiap soal. Yang tercepat menjawab akan mendapat tambahan poin. Itu seperti bermain
game online. Di layar akan tertera
leaderboard-nya sehingga menciptakan hawa kompetisi.
Alih-alih mengerjakan kuis atau ujian harian, para siswa itu justru merasa sedang bermain. Mereka membuat suasana di kelas gaduh, tetapi aktif. Semua murid antusias. Tidak ada aksi saling contek. Sepasang mata para siswa hanya berfokus pada pertanyaan dan jawaban yang dipilih di handphone. ”Aduh, susah ini pertanyannya,” kata Chrystile kepada teman di sebelahnya beberapa waktu lalu. Ada 36 soal yang dikerjakan siswa.
Siswa yang memiliki jawaban tepat paling banyak akan tertera di layar. Demikian juga siswa yang jawaban salahnya. ”Seru, pokoknya saya pengin dapat nilai tertinggi biar nama saya nanti ada di urutan paling atas,” jelasnya.
Kepala Sekolah SMA Kristen Gloria 1 Kennedy Yuandy menyatakan, selama setahun belakangan di sekolahnya diterapkan metode pembelajaran berbasis teknologi. Yakni, pembelajaran berbasis information and communication technology (ICT). Selain memudahkan siswa dan guru, pemanfaatan teknologi membuat proses belajar-mengajar lebih efisien. ”Beberapa program seperti Kahoot bahkan memacu anakanak untuk memiliki prestasi akademik lebih baik,” ucap pria 44 tahun tersebut.
Dia menuturkan, anak-anak boleh membawa gadget ke sekolah. Namun, gadget hanya digunakan untuk media pembelajaran. Di luar itu, anak-anak dilarang menggunakan gadget. ”Penggunaannya kami kontrol dan perhatikan,” jelasnya.
Ada sejumlah aplikasi yang digunakan untuk media pembelajaran di sekolah tersebut. Bukan hanya Kahoot, mereka juga menggunakan Schoology. Yaitu, sebuah manajemen pembelajaran di mana anak-anak bisa mengunduh pekerjaan rumah dan menyerahkannya kepada guru yang bersangkutan di manapun mereka berada. Mereka cukup bermodal internet.
Dalam media pembelajaran berbasis ICT, sekolah juga mulai menggunakan aplikasi media sosial. Tujuannya, agar media sosial digunakan untuk kegiatan positif. Pada mata pelajaran life skill, misalnya. Mata pelajaran itu bertujuan membekali para siswa menghadapi fase kehidupan setelah lulus sekolah. Mereka dibekali rasa mawas diri dan kemampuan berwirausaha.
Lewat mata pelajaran life skill,
siswa diminta membuat video. Dalam video tersebut, mereka membantu orang sekitar agar memiliki pendapatan tambahan. Caranya beragam. Siswa melakukan proyek entrepreneurship
itu selama beberapa hari. Hasil penjualan kemudian diserahkan kepada masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka.
Kennedy menjelaskan, setelah dievaluasi selama setahun terakhir, penggunaan sejumlah aplikasi tersebut berbanding lurus dengan prestasi dan kemauan siswa untuk belajar. ”Nilai ujian siswa meningkat,” ujarnya. Mereka selalu ingin menampilkan yang terbaik. ”Sebab, ada ranking
dalam setiap kuis yang diberikan dan itu diumumkan di kelas mereka,” ungkapnya.
TAK hanya dirasakan oleh guru dan siswa, kemajuan teknologi juga memudahkan orang tua mengawasi putra-putrinya di sekolah. Salah satunya adalah aplikasi yang digunakan oleh Sekolah Islam Terpadu (IT) Shafta.
Kepala Bagian Umum dan IT Sekolah IT Shafta Muhibbin menyebutkan, aplikasi yang mereka pakai dinamai Jibas (jaringan informasi bersama antarsekolah). Aplikasi itu membantu keterbukaan administrasi sekolah yang bisa dimanfaatkan orang tua dan wali murid.
Segala jenis administrasi sekolah terpantau. Termasuk terkait pembayaran uang SPP. Orang tua akan mendapatkan laporan bahwa uang tersebut sudah dibayarkan oleh putra-putrinya. Aplikasi itu bisa diunduh melalui Play Store.
Kehadiran siswa juga bisa dipantau. Kalau anaknya sudah berada di sekolah maupun sudah pulang, orang tua akan mendapatkan informasi. Teknisnya, para siswa memberikan tiga nomor handphone sebagai database aplikasi Jibas. Nomor tersebut harus dari wali murid atau orang terdekat siswa. Pihak sekolah lalu memverifikasi keakuratan data nomor tersebut.
Setelah itu, orang tua dan wali murid akan mendapatkan password dan username agar bisa login di Jibas. Selanjutnya, informasi yang diterima oleh orang tua dan wali murid berupa SMS. Soal kedatangan, setelah siswa melakukan finger print di sekolah, SMS kehadiran akan terkirim kepada orang tua.
Jibas juga melaporkan rapor siswa. Setiap semester orang tua bisa mengecek nilai anaknya dari handphone. Dengan begitu, wali murid merasa lebih aman dan percaya terhadap segala sesuatu yang dilakukan anaknya di sekolah.