Gandeng ITS, Terapkan Teknologi Robotik
SURABAYA – Revolusi Industri Generasi 4.0 menuntut semua pihak untuk bersiap. Rumah sakit pun tidak mau ketinggalan. Mereka melakukan berbagai pembenahan agar bisa memberikan pelayanan lebih maksimal kepada pasien. Salah satunya, di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
’’Rumah sakit itu juga tidak terlepas dari pengaruh Revolusi Industri Generasi 4.0. Dampaknya terhadap pengelolaan dan pelayanan di rumah sakit,” ujar Direktur RSUA Prof Dr dr Nasronudin SpPD-KPTI.
Sebagai salah satu layanan untuk masyarakat umum, rumah sakit juga dituntut menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan. Fasilitas kesehatan dituntut bisa melakukan pengelolaan secara cepat, efisien, dan smart. Apalagi dengan keberadaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan kartu Indonesia sehat (KIS) yang membuat jumlah pasien yang datang ke fasilitas kesehatan meningkat. ’’Rumah sakit harus merealisasikan smart hospital. Jadi, pelayanan semakin baik dan cepat,’’ katanya.
Apalagi jika tempat tersebut merupakan rumah sakit pendidikan seperti RSUA. Mereka dituntut kaya kreasi dan inovasi. Pengelolanya sebagian besar merupakan dosen. Para akademisi itu melakukan penelitian untuk menghasilkan suatu produk yang dapat bermanfaat. ’’Selain menggandeng fakultas lain di Unair, kami sudah melakukan MoU dengan ITS,’’ tutur Prof Nasronudin yang juga ketua Asosiasi Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (ARS PTN) tersebut.
Sebab, selama ini pengaplikasian inovasi yang dibuat ITS ke manusia terbatas. Dengan adanya kerja sama tersebut, produk itu diharapkan bisa lebih aplikatif dan bermanfaat. Salah satu produk yang akan diterapkan, teknologi robotik untuk perawatan pasien stroke. Dengan menggunakan teknologi baru tersebut, pasien tidak harus bolak-balik ke rumah sakit untuk melakukan terapi. Tetapi, pasien bisa dipandu melalui Android dari rumah sakit. ’’Nanti juga akan ada alat pemantau derajat beratnya penyakit. Jadi, dokter jaga bisa menentukan prioritas pasien mana yang harus ditangani lebih dulu,’’ jelasnya.
Saat ini teknologi yang sudah digunakan rumah sakit di kompleks Kampus C Unair itu adalah alat pemantau pergerakan pasien. Alat tersebut dipasang di tangan pasien, petugas kesehatan, dan di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUA. Dengan demikian, direktur bisa memantau langsung pergerakan di rumah sakit. ’’Kalau ada pasien yang terlalu lama di UGD, bisa langsung kita tanyakan penyebabnya,’’ ucapnya.
Selain itu, alat kesehatan lebih mudah dipantau. Termasuk menjaga agar pegawainya tepat waktu dan tidak membolos.