Jawa Pos

Lebaran, Awas Kalap Makan

Waspadai Gangguan Pencernaan karena Perubahan Pola Makan

-

SURABAYA – Setelah berpuasa satu bulan penuh, pola makan seseorang pun telah berubah dari bulan-bulan biasa. Begitu pula saat Lebaran. Pola makan baru akan kembali terbentuk setelah hanya mengonsums­i makanan saat sahur dan buka. Perubahan tersebut perlu diwaspadai agar tidak menimbulka­n gangguan pencernaan.

Dokter spesialis penyakit dalam dari RS Adi Husada Kapasari dr Budi Herlianto SpPD mengimbau agar tidak boleh terbawa suasana saat Lebaran sehingga tak mengontrol pola makan. ”Orangorang itu biasanya seperti balas dendam. Jadi, setelah sebulan berpuasa, saat Lebaran, makanan apa saja dimakan,” tuturnya.

Padahal, hal itu tidak baik bagi kesehatan. Apalagi penderita diabetes. Dokter lulusan FK Unair pada 2008 tersebut menuturkan, saat puasa, porsi makan seseorang pasti akan berkurang. Kemudian, saat Idul Fitri, merasa sudah bebas makan dan bisa makan apa pun dan kapan saja. Sementara itu, kebanyakan yang dihidangka­n di rumah-rumah saat Lebaran adalah makanan manis.

”Bagi penderita diabetes, jika terlalu banyak makan manis, nanti gula darahnya bisa langsung tinggi. Itu sangat berbahaya,” ujarnya. Dia menjelaska­n bahwa gula darah yang mendadak terlalu tinggi dapat menimbulka­n coma hyperglyce­mic alias keadaan tidak sadar karena kadar gula darah yang meningkat. ”Hal itu bisa disebabkan karena makannya terlalu banyak, ngasal, dan tidak minum obat sama sekali,” ucapnya.

Meski begitu, dokter yang menempuh pendidikan spesialis di Universita­s Brawijaya tersebut tahu benar keadaan yang dihadapi orang-orang ketika unjungunju­ng ke rumah tetangga maupun sanak saudara. Memang terkadang sungkan jika makanan yang ditawarkan tidak dimakan. Namun, setiap orang juga harus Dokter spesialis penyakit dalam dari RS Adi Husada Kapasari

Orang-orang itu biasanya seperti balas dendam. Jadi, setelah sebulan berpuasa, saat Lebaran, makanan apa saja dimakan.”

dr BUDI HERLIANTO SPPD

tahu batasannya. ”Kalau memang cukup, ya harus bilang. Sebab, yang tahu batasan untuk tubuh adalah diri masing-masing. Jangan dilos terus,’’ katanya.

Dokter tersebut menegaskan, kuncinya memang ada di pasien sendiri. Dia harus tahu batasannya, tidak boleh mengikuti naluri untuk makan terus-menerus. Kalau kadar gula darah tinggi dan tekanan darah tidak terkontrol, itu bisa sampai menimbulka­n stroke ataupun penyakit jantung.

Selain kadar gula darah yang naik, penyakit lain yang sering dijumpai saat Lebaran adalah mag. Kalau makan banyak dan tidak terkontrol, sering kali magnya juga ikut kambuh dan timbul rasa perih di lambung. Ya, mag datang tidak hanya saat telat makan, tetapi juga kalap makan. Makanan yang terlalu pedas ataupun terlalu asam sering kali dijumpai saat Lebaran.

Padahal, untuk orang yang memiliki riwayat mag, makanmakan­an seperti itu juga tidak baik. ”Biasanya, saat Lebaran kan semua dimakan. Padahal, kalau mag, jangan terlalu banyak makan makanan yang terlalu asam, pedas, ataupun banyak santan. Supaya tidak kambuh lagi,” jelasnya. Dia juga menyaranka­n tidak terlalu kenyang saat makan.

”Kalau sampai penuh, nanti malah begah atau kembung,” tuturnya.(ama/c20/any)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia