Jawa Pos

Kondisi Psikologis Membaik, Apa Daya Keluarga Belum Siap

Kisah Para Penghuni Liponsos yang Bercita-cita Mudik ke Kampung Halaman

-

Keinginan mudik ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran juga menjadi milik orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) ringan yang ditampung di Liponsos Keputih, Surabaya. Meski keinginan untuk pulang selalu kuat, harapan mereka tidak sepenuhnya bisa dituruti.

EDI SUSILO

’’AYO karpetnya digelar. Yang rapi,’’ ujar Duwi Achmad, salah seorang pendamping di Liponsos Keputih, kepada warga binaan. Perintah itu dituruti langsung oleh sepuluh pria yang bergantian menggotong gulungan karpet. Menggelarn­ya memanjang. Menutupi lantai musala yang berwarna putih bersih.

Setelah menata karpet, para lelaki berpotonga­n plontos itu duduk di sudut ruang musala. Duduk bersila dengan tenang. Tidak berbicara satu sama lain. Mereka tengah menunggu perintah yang selalu siap dikerjakan.

Ya, sebagian penghuni Liponsos Keputih yang duduk di musala siang itu memang bisa dikategori­kan sudah ’’sembuh’.’ Artinya lebih tenang. Tidak ngamukan. Gampang diatur. Beda dengan sebagian penghuni lainnya yang masih sulit diatur.

Ciri lain yang menunjukka­n mereka ’’sembuh’’ adalah bisa diajak berkomunik­asi. Meski dengan terbata-bata dan telat merespons, komunikasi mereka cukup bisa dimengerti. Kemarin Jawa Pos sempat berbincang dengan mereka.

’’Saya Pendi,’’ ucapnya sambil berjabat tangan. Lelaki murah senyum itu kemudian menjelaska­n sepotong demi sepotong kisah hidupnya. Dia tinggal di liponsos selama sembilan tahun. Dia merupakan warga asli Jagir, Wonokromo.

Dia sadar bahwa lokasi rumahnya sebenarnya tidak terlalu jauh dari liponsos. Masih satu kota. Makanya, Pendi beberapa kali meminta dipulangka­n. Dia ingin melihat ibu dan keluargany­a. ’’Pengin pulang,’’ ungkapnya pendek.

Keinginan pulang itu juga disampaika­n Toni Hendratno. Lelaki dengan tato di pergelanga­n tangan tersebut ingin dipulangka­n ke Dukuh Setro, Tambaksari. Dia ingin bertemu dengan kedua kakaknya. ’’Ya pengin pulang Pak,’’ tutur lelaki 40 tahun tersebut.

Keinginan untuk pulang sebenarnya mudah saja dilakukan pihak liponsos. Sebab, dari cek kondisi kesehatan, keduanya dinyatakan mampu ditangani keluarga. Namun, ada alasan lain yang membuat pengembali­an itu belum bisa dilakukan. Keluarga mereka belum siap.

Kondisi itulah yang kadang membuat Duwi dan beberapa pendamping di Liponsos Keputih berat untuk menyampaik­an alasan sesungguhn­ya. Jika disebut keluarga mereka tidak mau, tentu bukan solusi terbaik.

’’Kadang kami harus berbohong. Dan itu sering terjadi,’’ ungkap lelaki 30 tahun tersebut. Selama sembilan tahun bekerja di liponsos, kisah pilu penghuni yang kangen dengan keluarga terlalu sering dilihat.

Meski begitu, mereka tetap memaklumi keputusan keluarga. Keputusan belum siap lebih baik ketimbang pura-pura menerima saat pemulangan, tetapi setelah itu menelantar­kannya.

Misalnya, pengalaman Anwar. Pemuda asal Karawang, Jawa Barat. Setelah menjadi penghuni di liponsos sekitar dua tahun, sejak September 2016 Anwar sebenarnya dipulangka­n.

Namun, setelah hari kepulangan, Anwar kembali ke Surabaya 10 bulan kemudian. Dia terkena penertiban di Kawasan Tanjung Perak oleh satpol PP. Dari kasus itu, dia dibawa kembali ke Liponsos Keputih.

Saat ditanya, Anwar pun dengan senyum lebar menjawab enteng. Mengapa dia kembali ke Surabaya? ’’Kangen Jatim Om,’’ ucapnya sambil nyengir. Tidak ada alasan lain. Pokoknya, dia rindu kembali ke Surabaya.

Untuk sampai di Surabaya, Anwar bahkan harus menempuh perjalanan selama tiga pekan dari Karawang. Lama perjalanan tersebut terjadi karena penggemar Wali Band itu melakukann­ya dengan berjalan kaki. Tanpa naik moda transporta­si. Selama 21 hari Anwar harus menjadi peminta-minta untuk bertahan hidup. ’’Saya jadi tangan di atas,’’ ucapnya yang langsung disambut tawa oleh Duwi. ’’He, meminta-minta itu tangannya di bawah. Kalau di atas itu memberi,’’ tuturnya.

Dari sebagian kisah pilu, kisah sukacita juga ada di antara mereka. Salah satunya berasal dari Masman. Lelaki kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tanggal 21 nanti dia termasuk satu di antara puluhan penghuni yang dipulangka­n ke tempat asal.

Rencananya, Masman balik ke Pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Dia tidak sabar untuk segera bertemu dengan orang tuanya. ’’Saya ingin minta maaf kepada beliau,’’ tuturnya.

Dia pun sudah bercita-cita jika kelak diterima di lingkungan tempat tinggalnya. Mantan nelayan itu ingin menjadi peternak ikan, lalu menjualnya ke pasar.

 ?? EDI SUSILO/JAWA POS ?? PASRAH: Anwar (kiri) beserta rekan-rekan senasibnya di musala Liponsos Keputih kemarin.
EDI SUSILO/JAWA POS PASRAH: Anwar (kiri) beserta rekan-rekan senasibnya di musala Liponsos Keputih kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia