Berkah Lebaran, Sehari Bikin Seribu Lontong
SURABAYA – Lebaran menjadi momen bagi pembuat lontong dan ketupat untuk meraup penghasilan berlipat. Terutama, warga yang berada di kampung lontong di kawasan Banyu Urip.
Salah satunya di rumah Rumiyati, 63. Ada tiga tong aluminium berbagai ukuran di depan rumahnya. Yang paling kecil berdiameter sekitar 70 sentimeter. Sedangkan yang paling besar berdiameter 90 sentimeter. Tampak lontong disusun-susun di bagian dalamnya, melingkar dan bertumpuk sampai mendekati permukaan dandang. ”Ini masaknya bisa sampai 10 jam,” tutur Slamet, 39, menantu Rumiyati. Dia bertugas merebus lontong. ’’Semalam masaknya. Ini mau dipindahkan ke keranjang untuk dijual,’’ lanjutnya.
Lontong siap jual ditaruh di luar rumah. Bagian dalam rumah tidak cukup karena sudah penuh dengan beras dan lontong-lontong yang masih mentah. Setidaknya ada dua orang yang sibuk berjibaku memasukkan beras dalam gulungan daun pisang ketika Jawa Pos berkunjung kemarin (14/6).
Salah satunya Dwi Ningsih, 30, istri Slamet. Dia menuangkan beras sebanyak satu gelas takar. Gelas takarnya pun buatan sendiri. Yakni, dari potongan bagian bawah minuman larutan penyegar. Sedangkan tetangganya, Fathiyah, 35, ikut membantu mengikat ujung daun dengan tusuk lidi. Tangan mereka berdua bergerak cepat. Meski begitu, mereka masih sempat ngobrol tentang tetangga yang mau berlebaran.
Dwi Ningsih merupakan anak Rumiyati yang paling bungsu. Dia melanjutkan usaha ibunya untuk membuat lontong. Rumiyati mengaku sudah lama menggeluti usaha lontong itu. ”Kurang lebih sejak 1990-an,” paparnya. Kebetulan, dia juga ikut mengamati proses pembuatan lontong, meski tidak turun tangan membantu langsung.
Dwi mengungkapkan, pesanan lontongnya memang meningkat drastis menjelang Lebaran. Biasanya dia hanya membuat 200 bungkus lontong sehari. Tapi, kemarin, total sudah seribu lontong dia buat khusus untuk Idul Fitri. Pesanan serupa didapat tetangganya yang membuka usaha serupa.