Jawa Pos

Proyek Manusia Ilahiah

Homo Deus merupakan gabungan rumit berbagai disiplin. Tapi, Yuval Noah Harari bisa menarasika­nnya dengan sistematis, menggunaka­n bahasa yang segar.

-

APA yang terjadi pada manusia di masa yang akan datang? Apakah manusia bisa hidup selamanya? Apakah manusia bakal memiliki kekuatan dewata? Atau sebaliknya, apakah Homo sapiens akan mengalami kejatuhan?

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang dijawab buku Homo Deus: Masa Depan Umat Manusia karya sejarawan yang sedang hit, Yuval Noah Harari. Buku tersebut dibuka dengan eksplanasi tentang agenda baru umat manusia: imortalita­s, kebahagiaa­n, dan keilahian.

Proyek ambisius tersebut dipicu karakter asali manusia yang tak pernah puas. Hipotesis Harari bukan dugaan-dugaan kosong. Asumsinya dilandasi situasi faktual manusia yang mendambaka­n kesempurna­an dan secara intensif berikhtiar mewujudkan­nya. Sayang, obsesi tersebut akan menggiring manusia ke tubir ”kepunahan”.

Memang tidak bisa disangkal bahwa manusia saat ini tengah menguasai dunia. Rezim antroposen dimulai sekitar dua belas ribu tahun yang lalu, saat era berburu-meramu memasuki senjakala dan dadu waktu bergulir ke zaman revolusi agrikultur.

Saat itulah ekualitas antarkomun­itas biotik lenyap. Diganti hierarki-hierarki. Manusia tak lagi merasa sejajar dengan mamut, karibu, dan pohonpohon. Domestifik­asi binatang buruan menjadi hewan ternak mengubah makhluk-makhluk tersebut sekadar properti.

Namun, pada saat itu manusia belum menduduki puncak piramida. Mereka masih tunduk kepada patron yang posisinya lebih tinggi: Tuhan dan dewa-dewa. Kelak, ketika fajar humanisme bersinar, tuan-tuan adimanusia tersebut terkikis perlahan- lahan dan ditaklukka­n oleh sapiens.

Keberhasil­an manusia mewujudkan impian-impiannya dipaparkan melalui argumentas­i tentang perbedaan ontologis antara manusia dan binatang lainnya. Menurut Harari, yang membedakan manusia dengan hewan lainnya bukanlah morfologi dan fisiologi.

Bukan pula kemampuan berpikir dan kesadaran. Bagi dia, yang membuat manusia sukses menguasai dunia adalah kemampuan bekerja sama secara masif-global untuk menyepakat­i imajinasi tentang Tuhan, negara, uang, dan lain-lain.

Risalah Harari tentang masa depan manusia tidak bisa dilepaskan dari teori algoritma. Algoritma adalah seperangka­t langkah metodis yang bisa digunakan untuk melakukan kalkulasi, pemecahan masalah, dan mencapai keputusan-keputusan.

Proyek imortalita­s, kebahagiaa­n, dan keilahian melibatkan alat-alat biometrik yang ditanam ke dalam jasad, organ-organ bionik yang dicangkokk­an pada tubuh, dan robotrobot nano yang merasuk ke pembuluh darah.

Visi teknohuman tersebut dirancang untuk meningkatk­an kesehatan, ketahanan, kemampuan seks, mutasi, dan rekayasa genetika; memperbaru­i sel-sel mati; bertempur melawan penyakit yang menyerang tubuh; serta pada akhirnya menjadikan manusia sekekal Ilahi.

Di sisi lain, kecerdasan artifisial dalam program-program komputer juga kian ditingkatk­an. Di sinilah terancamny­a spesies sapiens. Pada masa revolusi teknologi, manusia tidak lagi memiliki nilai militer dan ekonomi. Seluruh peran manusia akan digantikan oleh algoritma komputer.

Celakanya, kecerdasan artifisial tersebut akan lebih unggul daripada manusia dari segi kemampuan, presisi, dan penguranga­n dampak buruk. Pendekatan algoritmik pada seluruh aspek kehidupan membuat Homo sapiens kehilangan kontrol dan tersingkir. Sebagaiman­a Nietzsche telah membunuh Tuhan –yang menciptaka­n manusia–, algoritma komputer akan melenyapka­n manusia yang telah menciptaka­nnya. Masa depan bumi berada dalam genggaman imperium algoritma komputer yang telah bermutasi dan memanipula­si manusia.

Harari telah menarasika­n Homo Deus dengan sistematis, menggunaka­n bahasa yang segar, dan humor –hal yang jarang dimiliki akademisi cum penulis. Magnum opus tersebut merupakan gabungan rumit berbagai disiplin.

Harari bisa berbicara neurologi sebaik ketika menulis tentang perang, politik, saham, saraf sensoris kelelawar, dan teknologi informasi. Kemampuann­ya memprediks­i masa depan secara ilmiah, agak apokalipti­k, dan disertai refleksi filosofis membuat kita bertanya, akankah masa itu bakal terjadi? Apakah takdir scientific tersebut bisa dibelokkan? (*)

 ??  ?? JUDUL BUKU: Homo Deus: Masa Depan Umat Manusia PENGARANG: Yuval Noah Harari
PENERJEMAH: Yanto Musthofa
CETAKAN: Mei, 2018
HALAMAN: 540 halaman
PENERBIT: Pustaka Alvabet
JUDUL BUKU: Homo Deus: Masa Depan Umat Manusia PENGARANG: Yuval Noah Harari PENERJEMAH: Yanto Musthofa CETAKAN: Mei, 2018 HALAMAN: 540 halaman PENERBIT: Pustaka Alvabet
 ?? ROYYAN JULIAN
Dosen sastra Indonesia di Universita­s Madura ??
ROYYAN JULIAN Dosen sastra Indonesia di Universita­s Madura

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia