Wakili Indonesia ke Rusia berkat Arbor
Dimas Alvian Putra Setiawan berhasil menjuarai lomba kompetensi siswa (LKS) SMK tingkat nasional di Mataram pada 6–12 Mei lalu. Siswa SMKN 5 Surabaya itu juga akan mewakili Indonesia di ajang kompetisi tingkat dunia di Rusia pada 2019.
DIMAS Alvian Putra Setiawan kerap menghabiskan waktu di ruang Laboratorium CNC SMKN 5 Surabaya. Contohnya Jumat (8/6), cowok 17 tahun itu masih aktif mengutak-atik beberapa mesin yang akan menjadi proyek berikutnya. Padahal, saat itu sudah mendekati libur sekolah.
Kala itu Dimas didampingi Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kesiswaan SMKN 5 Surabaya Anton Sujarwo dan Kepala Jurusan Teknik Mesin Badrun. Beberapa bagian mesin buatannya pun tergeletak di meja, tepat di depan mesin CNC.
”Lomba di Mataram, saya membuat alat arbor ini,” kata Dimas sambil menunjukkan arbor kepada Jawa Pos. Bagian mesin CNC itu terbuat dari besi S 45 C. Dimas membuat programnya sendiri. Kemudian, program tersebut terkoneksi ke mesin CNC untuk mencetak atau membuat bagian mesin. ”Membuat program pembuatan part mesin itu memang enggak mudah. Kuncinya ada pada programnya,” ujarnya.
Berkat keahlian tersebut, Dimas menduduki peringkat I lomba kompetensi siswa (LKS) SMK di Mataram pada 6–12 Mei lalu. Dia bersaing dengan peserta dari 13 provinsi yang sudah terseleksi
Tugasnya saat itu membuat arbor. Mulai pemrograman hingga eksekusi pembuatan produk dengan mesin CNC. ”Arbor ini untuk alat mencekam, seperti alat potong,” katanya.
Dimas menjelaskan, saat itu panitia sudah menyediakan alat CNC. Contoh produk arbor pun disediakan. Dalam waktu tiga jam, dia harus mampu membuat arbor yang serupa dengan contoh tersebut. ”Di antara peserta lain, kebetulan saya berhasil sampai eksekusi pembuatan produk,” tutur dia.
Putra pasangan Wawan Setiawan dan Susi Puji Hastuti itu mengaku membutuhkan waktu 30 menit untuk menyelesaikan program per bagian. Dia menyiasatinya dengan membuat program sambil menjalankan mesin CNC. Pengukuran yang tepat dalam membuat program menjadi kunci utama. ”Kalau programnya salah, mesin bisa berhenti,” papar dia.
Keberhasilan menyelesaikan tantangan dari panitia pun mencuri perhatian juri. Tidak hanya mendapatkan penghargaan sebagai juara ajang kompetisi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu, Dimas juga langsung mendapatkan beasiswa di Politeknik Manufaktur Astra di Jakarta. ”Sebelumnya, saya sudah ikut tes di politeknik tersebut. Hasilnya belum keluar. Berkat juara ini, saya masuk tanpa tes,” ujarnya.
LKS adalah lomba yang diselenggarakan pemerintah secara berjenjang. Sebelumnya, Dimas berhasil lolos ke tingkat kota, lalu provinsi. Kemudian, dia mewakili Jatim ke tingkat nasional.
Anak sulung di antara dua bersaudara itu mengaku sangat menyukai mesin. Ketertarikan tersebut terlihat sejak dia duduk di kelas X SMKN 5. Hampir setiap hari dia berada di Laboratorium CNC. Bahkan hingga pukul 21.00. ”Sampai guru memberikan kunci laboratorium untuk saya gunakan belajar,” kata dia.
Tidak ada yang mudah dalam membuat mesin. Dimas pun pernah gagal saat uji coba. Namun, dengan kegigihan, akhirnya dia berhasil. ”Saya sudah mencoba membuat ratusan benda atau bagian mesin. Tetapi, baru dua yang gagal,” papar dia.
Kini siswa kelas XII jurusan tek- nik permesinan SMKN 5 itu mempersiapkan diri untuk melaju ke kompetisi dunia. Dia mewakili Indonesia untuk lomba di Rusia pada Agustus 2019. ”Sekarang saya masih menyelesaikan program magang sambil terus belajar,” terang dia.
Dimas sangat tertantang untuk bersaing dengan para peserta dari berbagai negara. Apalagi, saat lomba nanti, dia tidak hanya bersaing dengan sesama pelajar, tetapi juga mahasiswa hingga kalangan umum. ”Nanti juga akan ada karantina di Jakarta,” papar dia.
Saat ini Dimas sudah membuat puluhan produk bagian mesin. Antara lain, arbor, alat treker (untuk mesin sepeda motor), roda gigi, dan alat penjepit benda kerja (ragem). ”Saya ingin membuat mesin CNC router untuk membuat ukiran kayu,” ujarnya.