Problem Bantalan Rel Tak Rampung
Pembangunan infrastruktur terus dilakukan di Surabaya seiring dengan tumbuhnya geliat perekonomian. Namun, belum ada proyek yang tuntas 100 persen. Entah berapa lama lagi menunggu.
JALAN HR Muhammad dan Mayjen Sungkono kini menjadi penghubung utama Surabaya Barat dengan daerah tengah kota. Meski sudah dibuat lebar dengan empat lajur di setiap ruasnya, kepadatan lalu lintas tetap tidak terhindarkan. Terlebih di titik persimpangan dan pertemuan kendaraan dari berbagai arah di bundaran Satelit.
Bundaran tersebut menghubungkan total lima simpang. Yakni, Jalan HR Muhammad, Jalan Mayjen Sungkono, pintu masuk tol Surabaya–Malang, Jalan Raya Kupang Indah, dan Jalan KH Abdul Wahab Siamin. Bisa dibayangkan betapa ruwetnya lalu lintas ketika jam-jam sibuk maupun akhir pekan. Dengan menggandeng para pengembang, pemkot pun berinisiatif untuk menyelesaikan keruwetan di bundaran Satelit tersebut sejak 2015.
Sudah tiga tahun berlalu proyek strategis tersebut tidak kunjung selesai. Padahal, para pengembang sudah dihimpun DPD Realestat Indonesia (REI) Jatim. Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Jatim Danny Wahid menjelaskan, proyek tersebut sebenarnya sudah setengah jalan. Overpass
sudah selesai dibangun. ’’Untuk overpass, sudah 100 persen. Underpass
nya masih 51 persen ,’’ ucapnya pertengahan Juni lalu.
Danny menuturkan, salah satu penyebab tersendatnya proyek itu adalah tenggat waktu kontrak yang memang sudah habis. Per Februari 2018 proyek tersebut seharusnya selesai. Sayang, sejumlah pengembang yang sebelumnya berkomitmen untuk menyumbang guna pembangunan underpass dan overpass itu masih ogah urunan dana.
Danny menyayangkan kurangnya kesadaran pengembang untuk segera menuntaskan proyek tersebut. Sementara itu, kepadatan lalu lintas di sekitar kawasan tersebut semakin menjadi.
Selain overpass dan underpass bundaran Satelit, proyek frontage road barat Jalan Ahmad Yani pun kini masih dalam progres. Proyek yang dimulai pada 2014 itu bakal menghubungkan bundaran Waru hingga Jembatan Wonokromo. Dari perbatasan selatan Surabaya hingga depan Royal Plaza sudah selesai. Tinggal menunggu kelanjutan di Wonokromo.
Lahan untuk lanjutan FR barat sendiri sudah disiapkan. Bangunan Pasar Wonokromo lama digusur sejak pertengahan 2017. Namun, lahan itu hingga kini masih dibiarkan menganggur. Pemkot maju mundur melanjutkan proyek tersebut karena bantalan rel di lintasan Wonokromo yang tidak kunjung selesai.
Bantalan rel itu direncanakan sejak akhir tahun lalu. Pemasangannya semula dijadwalkan pada Maret 2017, tetapi tidak jadi. Waktunya diundur hingga Mei lalu, tetapi juga tidak terealisasi.
Pokok permasalahan, tampaknya, terletak pada proses lelang. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Erna Purnawati menjelaskan bahwa kontraktor sulit mencari bantalan yang dimaksud. ’’Sudah lelang tiga kali, tapi nggak ada yang mau. Sulit menemukan bantalan relnya,’’ jelas Erna.
Tidak kunjung tuntasnya bantalan rel tersebut tidak sekadar menghambat lanjutan FR, tetapi juga membuat penumpukan kendaraan di titik itu. Dari hari ke hari kian parah saja. Kemacetan biasa terjadi menjelang lintasan tersebut pada jam-jam sibuk. Petugas dinas perhubungan yang mengatur lalu lintas pun tidak bisa berbuat banyak selain memasang barrier untuk pengamanan. Tujuannya, tidak ada yang kejeglong masuk lintasan.