El Maestro Pantang Menyerah
OSCAR Washington Tabarez tak lagi muda. Usianya 71 tahun. Dia memimpin timnas Uruguay sejak 2006. Ini adalah periode kedua dia menjadi bos La Celeste, julukan timnas Uruguay. Sebelumnya, Tabarez menangani Uruguay pada periode 1988–1990.
Meski semangatnya terus menyala, Tabarez harus berjuang melawan sakit. Dia mengalami Guillain-Barre syndrome. Penyakit yang memicu penurunan daya tahan tubuh itu menyerang Tabarez sejak dua tahun lalu.
Tapi, El Maestro alias Sang Guru –julukan Tabarez– tidak menyerah. Dia terus bertahan meski harus memakai tongkat sebagai alat bantu berjalan. Dalam kesempatan lain, Tabarez juga memakai kursi roda listrik.
Semangat Tabarez terlihat saat memimpin latihan di Borsky Sports Centre. Meski tertatih, dia berjalan sendiri. Tanpa bantuan orang lain. Dia memegang tongkat di tangan kanan. Sesampai di lapangan, dia langsung mengenyakkan diri di kursi. Selanjutnya, latihan dipimpin asisten pelatih.
Di tengah keterbatasan tersebut, Tabarez tetap memegang kendali. Pria yang pernah melatih AC Milan dan Boca Juniors itu tetaplah penentu kebijakan utama di timnas Uruguay. Para pemain juga mematuhi instruksi pelatih yang sempat menjadi pengajar tersebut.
Dari atas kursi, Tabarez memantau sesi latihan yang dijalani Diego Godin dkk. Tabarez didampingi dua ofisial. Kalau ada sesuatu yang harus dijalankan, Tabarez meminta ofisial itu untuk menyampaikannya kepada asisten pelatih.
Ini adalah Piala Dunia keempat bagi Tabarez. Prestasi terbaiknya adalah membawa Uruguay ke semifinal pada edisi 2010 di Afrika Selatan. Di luar itu, La Celeste selalu menembus babak 16 besar. Kontrak Tabarez akan berakhir setelah Piala Dunia 2018. Dia mungkin memilih istirahat. Namun, bila Uruguay meraih hasil baik dan publik menghendaki, bukan tidak mungkin El Maestro terus bertahan.