Cuaca Ekstrem sampai Akhir Juni
JAKARTA – Masyarakat harus lebih waspada untuk menghadapi cuaca ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem berlangsung sampai 30 Juni. Lebih lama jika dibandingkan dengan prediksi sebelumnya, yakni sampai 26 Juni.
”Ya, cuaca ekstrem harus diwaspadai setidaknya sampai 30 Juni 2018,” kata Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko kemarin (24/6).
Dalam laporan BMKG disebutkan, hujan lebat berpotensi tersebar merata di seluruh Indonesia bagian barat dan timur. Meliputi Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan sebagian wilayah Papua. Hujan lebat itu diperkirakan terjadi pada 24 hingga 26 Juni.
Hary mengatakan, penyebabnya masih sama, yakni terbentuknya aliran masa udara basah yang dibawa sirkulasi siklon di pantai barat Pulau Sumatera. Masa udara basah tersebut dibawa dari Samudra Hindia.
Akibat masa udara basah itu, pembentukan awan hujan menjadi lebih mudah. Perubahan
Kepala Humas BMKG
cuaca tersebut membawa potensi angin kencang, badai petir, dan gelombang tinggi yang bervariasi di provinsi masing-masing.
Hary menjelaskan, siklon di pantai barat Sumatera itu membentuk area belokan angin yang luas. Lantas membentuk siklus udara tertutup. Di langit lokasi tersebut, kecepatan angin melambat dan terkonsentrasi.
”Sehingga penguapan lebih cepat dan bisa membentuk awan hujan secara optimal,” jelas Hary.
Dalam kondisi cuaca ekstrem, lalu lintas perairan harus lebih waspada. Hary menuturkan, angin kencang dan hujan lebat berpotensi menimbulkan gelombang tinggi hingga 2 meter. ”Selain itu, masyarakat perlu waspada jika beraktivitas di dekat pantai atau perairan, meskipun tentunya kami tidak bisa melarang,” ucap dia.
Dalam kasus tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, cuaca ekstrem menjadi penyebabnya.
Hary menuturkan, sejak Senin siang atau hari nahas KM Sinar Bangun, kantor BMKG Medan telah mendeteksi pembentukan awan CB di langit bagian selatan Danau Toba. Semakin sore, awan tersebut bergerak menuju utara, melintasi Pulau Samosir. ”Antara pukul 17.20 sampai 17.50 ada angin berembus singkat. Yang awalnya 11 knot meningkat jadi 12 knot,” papar Hary.
Hary menyatakan, saat itu BMKG sudah mengeluarkan dua kali peringatan akan cuaca buruk di sekitar Danau Toba. Namun, menurut dia, masih banyak yang tidak mengindahkan dan cenderung meremehkan peringatan dini tentang cuaca buruk. ”Ya, tugas kami hanya memberikan warning,” jelasnya.
Masyarakat perlu waspada jika beraktivitas di dekat pantai atau perairan, meskipun tentunya kami tidak bisa melarang.”
HARY TIRTO DJATMIKO