Pangkas Sawit meski Tugas BBPJN
SURABAYA – Jalan Raya Margomulyo memiliki segudang masalah. Mulai jalan rusak, penerangan jalan sering mati, hingga pemangkasan tanaman yang jarang dilakukan. Kewenangan pengelolaan jalan sejatinya berada di Balai Besar Pengelolaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII. Namun, kini pemkot memilih membantu perawatannya.
”Kalau sudah membahayakan pengendara terus tidak segera ditangani, nanti malah pemkot yang disalahkan,” ujar Sekretaris Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Aditya Wasita kemarin (24/6). Kemarin pegawai DKRTH melakukan perantingan pada tanaman kelapa sawit di sisi timur jalan itu.
Ada ratusan pohon kelapa sawit di sepanjang area pergudangan Margomulyo tersebut. Selama ini daun-daun itu memang tampak jarang dipotong. Beberapa menjorok hingga ke jalan raya. Jika diempas truk, daun-daun tersebut tak jadi masalah. Namun, jika yang menabrak adalah pengendara sepeda motor, bisa terjadi kecelakaan yang mematikan. Sebab, pelepah daun kelapa sawit itu lumayan keras.
DKRTH juga memangkas pepohonan di pulau jalan. Pohonpohon tersebut sering kali tumbang ketika turun hujan disertai angin kencang. Karena yang bertugas hanya satu mobil, dedaunan yang dipangkas terlihat menumpuk. Maklum, petugas perantingan pemkot juga disibukkan dengan pekerjaan di jalan-jalan milik pemkot.
Selain itu, sejumlah penerangan jalan di wilayah Margomulyo diganti baru. Lampu kuning merkuri diganti dengan lampu LED. Masalahnya, lampu-lampu tersebut sering mati. Tak heran, banyak kasus begal di wilayah itu. Tidak adanya permukiman dan jauhnya pos polisi membuat pelaku kejahatan sering beraksi di sana.
Anggota Komisi C DPRD Surabaya Muchamad Machmud menerangkan, lempar tanggung jawab kewenangan memang jadi masalah klasik. Terutama jalan nasional. Alhasil, pemkotlah yang menanggung perawatan jalan itu. ”Ini bahaya. Jangan gara-gara kewenangan, masyarakat yang dirugikan,” jelasnya.
Dia menyebutkan, masih banyak jalan nasional yang bermasalah. Bukan hanya di Margomulyo, melainkan juga di Sememi dan Osowilangun. Jalur perdagangan tersebut sering macet gara-gara masalah penyempitan yang tak kunjung diselesaikan.