Marak Pedagang Seserahan Dadakan
SURABAYA – Di antara gantungan kelengkeng dan tumpukan apel, tampak baju, kain, dan aneka panci yang dikemas dalam keranjang berhias pita. Pemandangan tidak lazim di Pasar Pegirian itu terlihat empat kali dalam setahun.
Namun, yang paling ramai adalah Syawal seperti sekarang ini. Para pedagang buah nyambi berjualan seserahan atau barang yang biasanya dibawa mempelai laki-laki ke rumah calon istrinya saat lamaran.
’’Biasanya, musim kawin itu setahun empat kali. Tapi, yang paling ramai memang setelah Idul Fitri, pas Syawal,’’ kata Halimah, salah satu pelapak yang kemarin sibuk melayani pembeli. Selain Syawal, tiga bulan musim nikah lainnya adalah Zulhijah (setelah Idul Adha), Syakban (sebelum Ramadan), dan Rabiul Awal (saat Maulid Nabi).
Bagian kiri dan kanan lapak Halimah yang terletak tepat di pintu masuk pasar itu penuh dengan bingkisan seserahan warna-warni. Namun, bagian tengah tetap terisi buah-buahan. Meski di pasar tradisional, seserahan yang dijual di Pasar Pegirian termasuk lengkap. Mulai tas, sandal, handuk, perlengkapan salat, selimut, seprai, barang pecah belah, sampai make-up. Semua dikemas menarik. Pembeli tidak perlu repot menghias lagi.
Dalam sehari, dia dan keluarganya yang berjumlah empat orang biasanya bisa menghias sampai 40 hantaran. ’’Itu kalau tidak diganggu pembeli,’’ paparnya, kemudian terkekeh. Harga yang dipatok tidak terlalu mahal.
Yang paling murah Rp 25 ribu–Rp 160 ribu. Perempuan asal Bangkalan tersebut menambahkan bahwa hantaran yang paling murah biasanya berisi handuk atau mangkuk-mangkuk kecil. Yang paling mahal jatuh pada satu set make-up atau satu set barang pecah belah.
’’Pokoknya, kami hanya mengambil keuntungan Rp 5.000 per barangnya,’’ jelas Halimah.