Jawa Pos

Pintar Berpantun ala Minang

-

KEPIAWAIAN Efrulwan, 53, dalam membawakan acara bernuansa adat yang kental tak perlu diragukan lagi. Mulai pernikahan adat Minangkaba­u, Melayu, Padang, Bugis, hingga Batak. Dia bisa memimpinny­a dengan apik. Misalnya, saat memandu pesta pernikahan adat Minang di Rumah Gadang Minangkaba­u Gayungsari kemarin (24/6).

Efrulwan menuturkan kalimat-kalimat berbahasa Minang untuk menyambut kedua mempelai yang berjalan masuk gedung pelaminan. ’’Sairiang balam jo barabah. Balam tabang barabah mandi. Sairiang salam jo sambah. Sambah tibo salam kumbali,’’ tuturnya halus. Pantun yang diucapkann­ya itu menggambar­kan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

’’Dalam tradisi adat Minang, lantunan iringan pengantin selalu dihiasi pepatah dan pantun tentang keindahan alam,’’ terang Efrulwan. Dalam bahasa Indonesia, pantun di atas berbunyi: bukan lebah sembarang lebah, lebah bersarang di pohon nangka, bukan sembah sembarang sembah, sembah menyambut kedatangan yang mulia.

Pria yang berprofesi penyiar radio RRI Padang hingga Rajawali Surabaya dari 1990–2002 tersebut akhirnya banting setir ke dunia pembawa acara atau master of ceremony (MC) pada 1996. Tepatnya setelah Efrulwan menikahi Zulfa Mitra, pendiri Sanggar Tari Siti Nurbaya yang mengajarka­n tarian adat Minangkaba­u.

Keahlian Efrulwan sebagai MC didukung keluwesan gerak Efa, sapaan akrab Zulfa, yang bisa menyuguhka­n aneka tarian adat untuk pesta. ’’Akhirnya, karena banyak yang kasih masukan, kami merambah jasa wedding service pada 1998,’’ paparnya.

Berjalan dua tahun, mereka akhirnya mengambil cicilan dekorasi pelaminan dan busana pengantin adat. ’’Kalau tidak salah, Rp 450 ribu per bulan waktu 1990-an itu,’’ ungkapnya. Klien pertama mereka adalah sahabat dari Payakumbuh. ’’Saya lupa lengkapnya. Kami memanggil beliau Uda Herman,’’ tutur Efrulwan.

 ??  ?? Efrulwan
Efrulwan

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia