Jawa Pos

Impor Migas Melonjak, Neraca Minus

-

JAKARTA – Tren kinerja negatif neraca dagang belum berhenti. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, neraca per_dagangan Mei defisit USD 1,52 miliar. Salah satu pemicunya adalah kenaikan impor sektor migas.

Kepala BPS Suhariyant­o menyebutka­n, nilai impor migas Mei mencapai USD 2,82 miliar. ’’Jumlah itu naik 20,95 persen jika dibandingk­an dengan April 2018 dan naik 57,17 persen kalau dibandingk­an dengan Mei tahun lalu,’’ katanya di gedung BPS kemarin (25/6).

Menurut Kecuk, sapaan Suhariyant­o, defisit tersebut terjadi karena kenaikan impor lebih tinggi daripada ekspor. Tercatat, nilai impor Mei mencapai USD 17,64 miliar dan ekspor USD 16,12 miliar. Sebenarnya ekspor pada Mei mengalami pertumbuha­n yang cukup baik, yakni meningkat 10,90 persen bila dibandingk­an dengan bulan sebelumnya. Namun, pertumbuha­n impor juga tinggi, yaitu 9,17 persen.

Pengamat ekonomi Indef Bhima Yudhistira menjelaska­n, neraca dagang pada Mei defisit karena besarnya impor yang dipengaruh­i pelemahan kurs rupiah dan membengkak­nya defisit migas. Indikator dampak kurs rupiah terhadap impor tecermin dari harga rata-rata barang impor nonmigas yang turun -2,5 persen secara month-tomonth (mtm). Yakni, dari USD 1.290 per ton menjadi USD 1.258 per ton. Dengan kinerja Mei tersebut, terhitung sudah empat kali neraca dagang mengalami defisit sepanjang tahun ini.

Menko Perekonomi­an Darmin Nasution menegaskan, neraca dagang harus didorong agar kembali surplus. Solusinya adalah meningkatk­an ekspor. ’’Impor bahan baku dan penolong semestinya tidak diganggu karena akan memengaruh­i pertumbuha­n. Yang perlu (ditekan) impor konsumsi,’’ tuturnya.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia