Jalan-Jalan sambil Punguti Sampah atau Bagi Buku
Ahimsa D. Afrizal, Bikin Trip dengan Tantangan Khusus
Pergi ke tempat wisata yang sedang ngehit itu sudah biasa. Ahimsa D. Afrizal menawarkan sesuatu yang lebih. Menyediakan trip sekaligus bisa memberikan hal baik untuk tempat yang dikunjungi.
INGIN mengenal alam Indonesia sekaligus memberikan kontribusi untuk sesama. Pikiran itu tercetus di kepala Angeline Steffania Budiman. Hingga dia menemukan link jejakku.co yang bisa mewujudkan keinginannya. ”Kebetulan sekali Jejakku punya visi sama,” ungkap gadis yang tinggal di Jakarta itu saat diwawancarai melalui telepon.
Angeline lalu mengikuti trip ke Banyuwangi bersama teman-teman sekolahnya saat itu, SMA Santa Ursula Jakarta. Rombongan berangkat dari Jakarta. Di sana, misi sosial dalam bentuk challenge sudah menanti. Angeline dan kawankawannya menjalani tiga tantangan selama tiga hari. ”Kami diminta memunguti sampah di Gunung Ijen, bagi buku, dan tanam pohon bakau,” kenangnya.
Lima belas siswa SMA itu berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 10 kantong besar. Banyak pengunjung yang hanya melihat rombongan Angeline memunguti sampah tanpa turut membantu. ”Dari mengambil sampah di gunung itu, kami jadi sadar bahwa masyarakat masih kurang peduli sama alam,” ucapnya.
Perjalanan pada Agustus 2017 itu mengubah pandangannya. Selama ini Angeline hanya bepergian untuk bersantai menikmati alam. Tak memperhatikan lingkungan
Tapi, kini gadis 17 tahun tersebut merasa lebih peka saat melihat keadaan tempat wisata yang dikunjunginya. ”Jadi, sekarang kalau pergi, lihat sampah, langsung ambil dan buang. Keluargaku merasa banget perubahan itu,” jelasnya.
Angeline mengatakan, hal itu juga dirasakan kawan-kawan seperjalanannya. ”Beberapa teman jadi ikut-ikutan kayak gitu kalau ada sampah,” ujarnya.
Ahimsa D. Afrizal, CEO jejakku. co, menjelaskan bahwa situs yang sudah memiliki versi aplikasi itu memberikan tantangan bagi pengguna jasanya. ”Setiap trip harus ada misi sosial yang dijalankan. Wajibnya ya satu. Kalau lebih, ya lebih baik,” jelasnya saat ditemui di kantornya daerah Bratang Jaya pada Jumat (22/6).
Tantangan yang diberikan berkisar di bidang pendidikan, lingkungan, pemberdayaan ekonomi, atau konservasi hewan. ”Bentuk tantangannya tentu bergantung pada keadaan di sekitar lokasi wisata. Yang ada di sana apa,” ujar pria berusia 27 tahun yang tinggal di kawasan Gunungsari itu.
Dalam bidang pendidikan, donasi buku dan alat tulis biasanya dilakukan para peserta untuk diberikan ke sekolah atau warga sekitar. Di bidang lingkungan, mereka berfokus pada sampah dan penanaman pohon.
Untuk pemberdayaan ekonomi, peserta diminta membeli oleholeh atau kebutuhan di penjual lokal. Konservasi hewan berpusat pada kegiatan lembaga konservasi. ”Karena penanganan hewan itu nggak bisa sembarangan. Jadi, paling mudah ya dengan donasi. Atau kalau bisa, ikut pelepasan hewan ke habitat,” ucap pria yang sedang menjalani pendidikan S-2 Sistem Informasi di ITS itu.
Penentuan jenis tantangan bergantung pada kondisi lokasi wisata. Penentuan tersebut dibantu oleh agen-agen travel lokal. ”Jadi, mereka yang mengadakan trip lalu kami kurasi. Ini trip beneran ada misi sosialnya nggak?” katanya.
Ahimsa menyatakan sulit menemukan satu lokasi wisata yang memiliki beberapa masalah sekaligus. ”Biasanya, hanya bisa satu tantangan. Dua itu sudah kebanyakan sebenarnya,” tambahnya.
Bagaimana memastikan setiap peserta trip melakukan tantangannya? Ahimsa menekankan pen- tingnya fungsi tour guide. ”Dia yang memastikan pelaksanaan dan hasilnya seperti apa,” ujarnya.
Namun, menurut Ahimsa, nyaris tidak ada peserta yang tak mau melakukan tantangan itu. Sebab, ketika mereka memilih mengikuti trip bersama jejakku.co, mereka memang berniat mendapatkan pengalaman baru. ”Mencari experience dan melakukan sesuatu selain jalan-jalan,” ujarnya.
Kini jejakku.co sedang berusaha memberikan pembaruan bagi penggunanya. Nanti tidak lagi paket dengan hotel dan transportasi. Mereka hanya akan menawarkan tantangan-tantangan. Dengan sistem tersebut, pengguna lebih mudah menentukan perjalanan seperti apa yang diinginkan. ”Quality control untuk setiap tantangan juga lebih mudah,” ucap Ahimsa.