Jawa Pos

Warga Dolly Mulai Fasih Berbahasa Inggris

-

SURABAYA – Hasil pemberdaya­an warga eks dan terdampak penutupan lokalisasi Dolly dengan membuat kampung Inggris mulai terlihat. Lebih dari lima warga kini fasih berbahasa Inggris. Mereka akan diuji coba pada Kamis (28/6). Yakni, saat forum penyelengg­araan pemilihan umum internasio­nal berkunjung ke Dolly.

Mereka berhasil lantaran adanya pelatihan secara kontinu. Metode yang disampaika­n lebih berfokus pada praktik. ”Mereka diajak dan dipaksa ngomong menggunaka­n bahasa Inggris,” kata Camat Sawahan M. Yunus.

Biasanya, warga Dolly membutuhka­n penerjemah untuk mendamping­i tamu asing yang datang ke wilayah tersebut. Kini tidak perlu lagi mencari penerjemah dari luar. Cukup memaksimal­kan warga yang mengikuti program kampung Inggris. ”Apalagi, minat negara lain berkunjung ke Dolly sangat tinggi,” tegas Yunus.

Sejak ditutup pada 2014 hingga sekarang, banyak tamu asing yang datang. Di antaranya, perwakilan pemerintah Brunei Darussalam dan perwakilan negara-negara yang tergabung dalam event Colombo Plan. Yang datang nanti adalah perwakilan negara yang diundang KPU untuk menyaksika­n pemilihan kepala daerah di Jawa Timur.

Selain kampung Inggris, ada industri kreatif yang menjadi andalan warga di kawasan tersebut. Misalnya, kampung samiler, orumy, batik, dan kampung sandal. Masing-masing membentuk kelompok UKM dan memiliki produk unggulan.

Lebih dari 23 UKM aktif menyebar di kawasan tersebut. Produk unggulan mereka layak jual. Ada yang dipasarkan di sekitar Surabaya, di luar Surabaya, bahkan diekspor ke luar negeri.

Yunus menambahka­n, penutupan lokalisasi Dolly sudah berlangsun­g empat tahun. Dia bersyukur industri kreatif terus berkembang. Ada 23 UKM yang populer. ’’Angka itu akan berubah. Sebab, banyak UKM yang juga siap go public,” katanya.

Omzet mereka cukup besar. Rata-rata Rp 50 juta per bulan. Bahkan, pada kurun waktu tertentu, bisa di atas nilai tersebut. Itu bisa terwujud karena masingmasi­ng UKM memiliki pasar yang pasti. Misalnya, industri batik dan sandal. Pasar mereka sudah jelas. ”Untuk setiap barang yang diproduksi, langsung ada pembeli,” katanya.

Capaian itu belum final. Yunus terus mendorong warga untuk kreatif. Mereka diminta memunculka­n hal baru di wilayah Dolly. Langkah tersebut diyakini mampu mengganti kesan Dolly yang dulu negatif menjadi positif.

 ?? AHMAD KHUSAINI/JAWAPOS ?? KREATIF: Eks lokalisasi yang menjadi ruang produksi UKM.
AHMAD KHUSAINI/JAWAPOS KREATIF: Eks lokalisasi yang menjadi ruang produksi UKM.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia