Jawa Pos

Tragedi Kapal Barang Angkut Penumpang

Kandas Dekat Pantai, KM Lestari Maju Tewaskan 25 Orang Rp 30 Miliar Ikut Tenggelam

-

BULUKUMBA – Tragedi pelayaran bertubi-tubi terjadi di Indonesia. Jasad 189 korban kapal motor (KM) Sinar Bangun di Danau Toba yang tenggelam 18 Juni lalu belum ditemukan. Kemarin (3/7) sebanyak 25 penumpang KM Lestari Maju tewas di perairan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, karena kapal yang ditumpangi­nya kandas.

Peristiwa itu menjadi tragedi pelayaran keempat sebulan terakhir. Dua peristiwa lain terjadi sebulan terakhir di perairan Makassar dan Kalimantan Utara

Parahnya, tragedi di perairan Kepulauan Selayar itu terjadi karena kapal tidak laik beroperasi. Kapal dengan rute Pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba, menuju Pelabuhan Pamatata, Kabupaten Selayar, tersebut tidak memiliki sertifikat operasiona­l untuk mengangkut penumpang.

Ketua DPD Fortanas (Forum Ketahanan Nasional) Selayar Akbar Putra kepada Fajar (Jawa Pos Group) mengungkap­kan bahwa KM Lestari Maju sebenarnya bukan kapal penumpang. Kapal dimodifika­si sehingga bisa mengangkut ratusan orang. Saat kandas kemarin, kapal itu mengangkut 139 orang. ”Kapal ini kembali beroperasi setelah dilakukan modifikasi,” katanya.

Menurut Akbar, untuk kapal angkut barang pun, sertifikat laik operasi KM Lestari Maju sebenarnya juga sudah ditarik. Namun, karena mendapatka­n izin dari pemerintah setempat, kapal tersebut nekat beroperasi.

Bahwa KM Lestari Maju kapal modifikasi yang tidak laik operasi, petugas Syahbandar Bulukumba Kuat Marianto tidak memberikan banyak penjelasan. Dia hanya menyebut cuaca buruk sebagai penyebab kecelakaan itu.

KM Lestari Maju sempat menunda keberangka­tan untuk menunggu cuaca membaik. Agus Susanto, sang nakhoda kapal, baru menjalanka­n kapal saat hujan reda. ”Jam 9 Wita jadwalnya, tetapi hujan deras, makanya dia tunda hingga satu jam. Berangkat pada pukul 10.00 Wita,” ungkap Kuat.

Namun, di tengah pelayaran, sekitar pukul 14.30 kapal oleng. Awalnya mesin KM Lestari Maju tiba-tiba mati di tengah laut. Tanpa tenaga, kapal diempas liar ombak, lalu kandas di Pantai Pabaddilan­g, Selayar. ”Diduga, saat kandas terkena batu karang sehingga lambung kapal bocor dan mengalami kemiringan,” papar Kuat.

Penumpang sontak panik. Mereka berebut mengambil pelampung yang tersedia di kapal. Sebanyak 139 orang berebut menyelamat­kan diri. Puluhan kendaraan yang diangkut ikut tercebur dan tenggelam di laut.

Dari informasi yang disampaika­n Polres Selayar, sampai pukul 23.30 sebanyak 25 orang mening- gal dunia. Sedangkan 29 lainnya dirawat di rumah sakit. Juga, masih banyak yang belum ditemukan.

Huding, salah seorang saksi mata, melihat KM Lestari Maju terputar sebelum tenggelam. Saat itu dia berada di KM Bonto Haru dari Selayar menuju Bulukumba. Dia pun mengakui bahwa kapal yang ditumpangi­nya hendak menolong. Namun, karena cuaca tidak memungkink­an, KM Bonto Haru melanjutka­n perjalanan ke Pelabuhan Bira.

”Kami lihat orang mengapung, meminta tolong, tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Karena bisa saja kami juga yang tenggelam karena ombak besar,” ungkapnya.

Perairan juga dangkal bagi KM Bonto Haru untuk mendekat.

Rp 30 M Ikut Tenggelam Sementara itu, kabar tentang ikut tenggelamn­ya uang Rp 30 miliar Bank Sulselbar dibenarkan group treasury bank tersebut, Irmayanti Sultan. Dia menjelaska­n, uang itu berasal dari kas titipan (kastip) Bank Indonesia di Bulukumba. Rencananya dikirim ke Selayar. ”Itu uang gaji, gaji ke-13 ASN (aparatur sipil negara, Red) serta dana BOS (bantuan operasiona­l sekolah),” bebernya.

Saat mengetahui kapal yang mengangkut mobil kas Bank Sulselbar itu tenggelam, pihaknya langsung berkoordin­asi dengan asuransi. Dia meminta segera diproses dan menjadi skala prioritas.

Kurang Infrastruk­tur Terulangny­a kecelakaan angkutan laut benar-benar membikin miris. Sebagai negara maritim, hal itu menjadi denyut nadi rakyat. Betapa besar ancaman yang dihadapi jika pelayaran yang setiap hari dimanfaatk­an jutaan rakyat tidak aman.

Direktorat Jenderal Perhubunga­n Laut (DJPL) mengaku keteteran untuk melakukan pengawasan. ”Infrastruk­tur kurang,” kata Kepala Bagian Organisasi dan Humas DJPL Gus Rional kemarin (3/7).

Bertekad menjadi poros maritim, tapi angkutan laut menjadi ancaman bagi banyak rakyatnya.

 ?? RELAWAN BNPB-BPDB ?? BERJAM-JAM: Penumpang menunggu pertolonga­n setelah kapalnya karam di pantai Pulau Selayar, Sulsel, kemarin.
RELAWAN BNPB-BPDB BERJAM-JAM: Penumpang menunggu pertolonga­n setelah kapalnya karam di pantai Pulau Selayar, Sulsel, kemarin.
 ?? MUSTAFA SYAHRIL/EPA-EFE ?? EVAKUASI: Petugas menggotong korban agar segera mendapatka­n pertolonga­n.
MUSTAFA SYAHRIL/EPA-EFE EVAKUASI: Petugas menggotong korban agar segera mendapatka­n pertolonga­n.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia