Ribuan Warga Sudah Mengungsi
Gunung Agung Tiga Kali Erupsi dalam Enam Jam
JAKARTA – Erupsi Gunung Agung masih terus berlanjut. Gunung dengan ketinggian 3.142 mdpl itu kemarin (3/7) tiga kali mengalami erupsi dalam tempo enam jam
Kolom abu yang terlontar sampai 2.000 meter di atas puncak kawah gunung memang tidak mengganggu operasi Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Namun, bandara di Banyuwangi dan Jember terpaksa stop beroperasi.
Menurut Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana, erupsi Gunung Agung Senin malam (2/7) memang sempat membuat amplitudo seismik naik. Namun, itu tidak berlangsung lama. ”Singkat saja. Setelah itu turun kembali,” ujar dia kemarin.
Berdasar grafik amplitudo seismik, lanjut Devy, saat ini belum ada peningkatan energi seismik yang besar. Selain itu, grafik tersebut menunjukkan, belum tampak tren jangka panjang pembangunan tekanan secara signifikan. Menurut dia, erupsi secara strombolian terjadi lantaran ada pengerasan lava di permukaan kawah. ”Pengerasan lava di permukaan adalah hal yang lazim. Sebab, lava di permukaan cenderung mengalami penurunan temperatur,” jelasnya.
Pengerasan itu pula yang membuat laju efusi lava dari dalam perut Gunung Agung ke permukaan melambat. ”Intinya, terjadi penghambatan atau penyumbatan aliran fluida (dalam bentuk gas maupun cair, Red) magma ke permukaan,” terang Devy.
Sementara itu, pengungsi yang terdata sampai pukul 18.00 Wita sebanyak 2.731 orang. Mereka tersebar di 28 titik pengungsian di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Gianyar. Kantor Basarnas Denpasar memastikan bahwa mereka sudah siap siaga membantu masyarakat yang hendak mengungsi. Dua tim sudah ditempatkan di dua titik, yakni di wilayah Selat dan Kubu.
Kepala Kantor Basarnas Denpasar Ketut Gede Ardana mengungkapkan bahwa alat angkut untuk mengevakuasi masyarakat sudah siap. Baik milik Basarnas, Polri, maupun BPBD. Selain itu, 121 petugas gabungan sudah disiapkan. Menurut Ardana, masyarakat yang mengungsi sejak Senin malam bergerak secara mandiri. ”Masyarakat rata-rata sudah paham kondisi Gunung Agung. Mereka cepat merespons jika terjadi bahaya yang mengancam,” ungkapnya.
Dampak penutupan Bandara Banyuwangi, sejumlah jadwal penerbangan dibatalkan kemarin. Executive General Manager Angkasa Pura II Banyuwangi Anton Mathalius mengatakan, setelah terjadi erupsi Gunung Agung mulai pukul 21.00 Senin lalu, pihaknya langsung melakukan observasi dengan menggunakan volcanic ash (VA) paper test (kertas setiap satu jam diganti).
Dari hasil VA paper test tersebut diketahui, abu vulkanis sampai ke Banyuwangi, yakni runway
Bandara Banyuwangi, pada pukul 01.15 dini hari Selasa. Selanjutnya, dia langsung melaporkan peristiwa dan hasil VA paper test tersebut kepada otoritas bandara (otban) di Surabaya. Berikutnya, otban berkoordinasi dengan Direktorat Navigasi Penerbangan (DNP).
Angkasa Pura II bersama-sama Air Nav juga terus melakukan observasi ke runway guna melihat abu vulkanis di bandara. Hasil observasi, pada pukul 08.25, masih terdapat abu vulkanis di runway.
Hasil observasi itu selanjutnya dilaporkan kembali kepada operator sehingga dikeluarkan notam
untuk kali kedua. Notam close
kedua itu berlaku mulai pukul 09.00–15.00 dan bersifat estimated.