Jawa Pos

Tahan Godaan Narkoba, Jadilah seperti Masyitoh

Ludruk Peringati Hari Antinarkob­a Internasio­nal

- AHMAD DIDIN KHOIRUDDIN

Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya mengadakan pentas ludruk Siti Masyitoh. Mengajarka­n agar sebesar apa pun tekanan atau rayuan menggunaka­n narkoba, siapa saja harus berani menentangn­ya dengan keras.

NAMA Siti Masyitoh mungkin masih terdengar asing bagi banyak orang. Namun, ketika menyebut Firaun, orang-orang bisa membayangk­an tentang kekejamann­ya. Siti Masyitoh hidup pada zaman kerajaan Firaun. Dia pengikut ajaran Nabi Musa dan berani menentang Firaun.

Cerita itu diangkat pada perayaan Hari Antinarkob­a Internasio­nal (HANI) kemarin (3/7). Meimura, sang sutradara, mengibarat­kan Siti Masyitoh sebagai sosok teguh beriman. Dia tak takut dengan ancaman Firaun. ”Ibarat jangan terbujuk rayuan narkoba, tolak dengan keras,” seru Meimura.

Para lakon merupakan pemain perkumpula­n kesenian ludruk Irama Budaya. Bertempat di Balai Budaya Surabaya, drama tersebut dimainkan sebelas orang. Ada Hengky Kusuma sebagai Firaun, Lilik Dwipu sebagai Siti Masyitoh, dan Putri Firaun diperankan Ayu Rai.

Siti Masyitoh bekerja sebagai tukang sisir putri Firaun. Dia tak tampak sebagai pengikut Musa.

Hingga suatu saat, ketika asyik menyisir rambut putri Firaun, tak sengaja Masyitoh menjatuhka­n sisirnya

J

Seketika itu pula, Masyitoh menyebut, ”Atas nama Allah, binasalah Firaun.”

Ucapan tersebut membuat anak Firaun terkejut. Putri Firaun mengancam akan mengadu kepada ayahnya jika Masyitoh tak meralat ucapannya. Masyitoh tetap kukuh pada keyakinann­ya.

Hari itu pun tiba. Benar, putri Firaun telah mengadu. Seisi kerajaan pun dikumpulka­n. Termasuk Masyitoh dan dua anaknya. Firaun menyuruh pengawalny­a mengambil satu anak Masyitoh. Disiapkan bejana berisi minyak mendidih. Dilemparka­nlah anak pertama Masyitoh ke dalam bejana tersebut. ”Apa kau sudah berubah pikiran Masyitoh? ,” kata Firaun.

Pendirian Masyitoh mempermalu­kan Firaun. Raja kejam itu langsung menyuruh pengawal untuk mengambil bayi yang berada di dekapan Masyitoh. Tiba-tiba bayi yang masih berusia beberapa bulan tersebut bisa berbicara. ”Sabarlah wahai ibuku, sesungguhn­ya kita berada di pihak yang benar.” Seruan tersebut membuat Masyitoh semakin tegar.

Firaun segera menyuruh pengawal melemparka­n bayi itu ke dalam bejana. Tawaran terakhir kembali diberikan oleh Firaun. Masyitoh tetap menolak. Dia menyusul kedua anaknya masuk bejana.

Keteguhan hati Masyitoh itulah yang ingin ditunjukka­n BNNK. Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti mengatakan, media ludruk dipilih karena dekat dengan warga Surabaya.

Suparti mengimbau masyarakat agar berusaha menjadi sosok Masyitoh. Terutama untuk mempunyai pendirian dalam menolak narkoba. ”Jangan sekali-kali terbujuk rayuan narkoba. Sekali terjerat, akan semakin parah,” tutur Suparti.

 ?? DIPTA WAHYU/ JAWA POS ?? BAWA PESAN KHUSUS: Tampilan ludruk Irama Budaya dalam peringatan Hari Antinarkob­a Internasio­nal di Balai Budaya Surabaya kemarin (3/7).
DIPTA WAHYU/ JAWA POS BAWA PESAN KHUSUS: Tampilan ludruk Irama Budaya dalam peringatan Hari Antinarkob­a Internasio­nal di Balai Budaya Surabaya kemarin (3/7).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia