Tahan Godaan Narkoba, Jadilah seperti Masyitoh
Ludruk Peringati Hari Antinarkoba Internasional
Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya mengadakan pentas ludruk Siti Masyitoh. Mengajarkan agar sebesar apa pun tekanan atau rayuan menggunakan narkoba, siapa saja harus berani menentangnya dengan keras.
NAMA Siti Masyitoh mungkin masih terdengar asing bagi banyak orang. Namun, ketika menyebut Firaun, orang-orang bisa membayangkan tentang kekejamannya. Siti Masyitoh hidup pada zaman kerajaan Firaun. Dia pengikut ajaran Nabi Musa dan berani menentang Firaun.
Cerita itu diangkat pada perayaan Hari Antinarkoba Internasional (HANI) kemarin (3/7). Meimura, sang sutradara, mengibaratkan Siti Masyitoh sebagai sosok teguh beriman. Dia tak takut dengan ancaman Firaun. ”Ibarat jangan terbujuk rayuan narkoba, tolak dengan keras,” seru Meimura.
Para lakon merupakan pemain perkumpulan kesenian ludruk Irama Budaya. Bertempat di Balai Budaya Surabaya, drama tersebut dimainkan sebelas orang. Ada Hengky Kusuma sebagai Firaun, Lilik Dwipu sebagai Siti Masyitoh, dan Putri Firaun diperankan Ayu Rai.
Siti Masyitoh bekerja sebagai tukang sisir putri Firaun. Dia tak tampak sebagai pengikut Musa.
Hingga suatu saat, ketika asyik menyisir rambut putri Firaun, tak sengaja Masyitoh menjatuhkan sisirnya
J
Seketika itu pula, Masyitoh menyebut, ”Atas nama Allah, binasalah Firaun.”
Ucapan tersebut membuat anak Firaun terkejut. Putri Firaun mengancam akan mengadu kepada ayahnya jika Masyitoh tak meralat ucapannya. Masyitoh tetap kukuh pada keyakinannya.
Hari itu pun tiba. Benar, putri Firaun telah mengadu. Seisi kerajaan pun dikumpulkan. Termasuk Masyitoh dan dua anaknya. Firaun menyuruh pengawalnya mengambil satu anak Masyitoh. Disiapkan bejana berisi minyak mendidih. Dilemparkanlah anak pertama Masyitoh ke dalam bejana tersebut. ”Apa kau sudah berubah pikiran Masyitoh? ,” kata Firaun.
Pendirian Masyitoh mempermalukan Firaun. Raja kejam itu langsung menyuruh pengawal untuk mengambil bayi yang berada di dekapan Masyitoh. Tiba-tiba bayi yang masih berusia beberapa bulan tersebut bisa berbicara. ”Sabarlah wahai ibuku, sesungguhnya kita berada di pihak yang benar.” Seruan tersebut membuat Masyitoh semakin tegar.
Firaun segera menyuruh pengawal melemparkan bayi itu ke dalam bejana. Tawaran terakhir kembali diberikan oleh Firaun. Masyitoh tetap menolak. Dia menyusul kedua anaknya masuk bejana.
Keteguhan hati Masyitoh itulah yang ingin ditunjukkan BNNK. Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti mengatakan, media ludruk dipilih karena dekat dengan warga Surabaya.
Suparti mengimbau masyarakat agar berusaha menjadi sosok Masyitoh. Terutama untuk mempunyai pendirian dalam menolak narkoba. ”Jangan sekali-kali terbujuk rayuan narkoba. Sekali terjerat, akan semakin parah,” tutur Suparti.