Setelah Inflasi Terkendali
TREN kenaikan harga-harga kini mulai reda. Merujuk pada laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) berdasar pantauan di 82 kota, inflasi Juni lalu ternyata tidak sampai 1 persen. Tepatnya 0,59 persen. Padahal, biasanya momen Ramadan dan Lebaran selalu mendongkrak inflasi.
Simak saja. Inflasi pada Lebaran tahun lalu 0,69 persen dan pada 2016 yang jatuh pada Juli juga 0,69 persen. Masih menurut BPS, inflasi Juni 2018 merupakan yang terendah sejak 2011.
Mengapa inflasi rendah? Apakah daya beli sedang lesu darah? Ada beberapa analisis yang bisa menjawab mengapa inflasi bisa melandai. Pertama, pemerintah dinilai berhasil mengendalikan harga-harga bahan pangan yang biasanya cenderung melonjak menjelang Lebaran. Jika dibandingkan dengan Lebaran tahun-tahun sebelumnya, harga tahun ini merupakan yang terendah.
Selain itu, pemerintah mampu mengatasi sejumlah faktor supply side. Selama bulan puasa dan Lebaran, supply kerap terganggu akibat spekulasi pedagang, terhambatnya distribusi, dan pasar yang dikendalikan pemain besar. Semua itu bisa diantisipasi pemerintah yang akhirnya berhasil menekan harga-harga.
Meski begitu, tak sedikit yang menyatakan bahwa daya beli konsumen saat ini memang sedang rendah. Terutama dari kalangan menengah ke bawah. Sedangkan kalangan menengah ke atas menahan konsumsi.
Dalam bahasa sederhana, inflasi diartikan proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang. Di sini yang paling dirugikan adalah pegawai negeri atau karyawan yang mendapat pendapatan tetap. Sebab, nilai riil pendapatan yang diterima terus merosot dari waktu ke waktu sehingga tak mampu mengimbangi kenaikan harga-harga.
Inflasi bisa mendorong kenaikan suku bunga, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, serta merosotnya kesejahteraan masyarakat. Karena itu, dibutuhkan kerja sama integral antara pemerintah sebagai otoritas fiskal dan Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter untuk mengatasinya.
Tantangan ke depan juga tak mudah. Sebab, Pertamina baru saja menaikkan harga bahan bakar khusus pertamax cs secara signifikan. Dampaknya terhadap kenaikan harga-harga produk pun tentu tak terelakkan.
Di samping itu, pelemahan rupiah terhadap dolar AS menjadi tantangan tersendiri. (*)