Jawa Pos

, Suporter Terbaik Piala Dunia 2018 Adalah Fans Kolombia

-

dan tidak tahu fungsi pita tersebut, mereka bakal langsung mengambil lagi pita tersebut dan mengikatka­nnya pada tangan kiri saya.

Suporter asal Amerika Latin memang tipikal fans yang asyik. Orang-orang Brasil, Argentina, Peru, dan Uruguay adalah jenis orang-orang yang ramai, mudah bergaul, dan bisa membuat suasana begitu seru. Begitu juga orang-orang Meksiko. Fans dari Afrika Utara seperti Mesir, Tunisia, dan Maroko juga heboh dan terbuka.

Fans Eropa terkesan agak cuek. Namun, kalau kita colek, beberapa di antara mereka juga sangat enak diajak ngobrol. Suporter-suporter Prancis, Inggris, atau Belgia suka sekali bercerita. Tentang sepak bola, tentang negaranya, tentang budayanya, tentang apa saja.

Orang Rusia yang katanya terkenal dingin itu tiba-tiba mencair selama Piala Dunia 2018. Namun, karena ratarata mereka tidak bisa berbahasa Inggris, komunikasi agak sulit dilakukan. Kalau sudah butuh betul, misalnya untuk keperluan wawancara, bertanya letak stasiun kereta bawah tanah, atau memesan makanan, saya terpaksa memakai bantuan aplikasi Google Translate. Mereka berusaha membantu dengan total dan sampai tuntas.

Sebelum datang ke Rusia, saya membaca banyak artikel bahwa tersenyum kepada orang-orang Rusia di tempattemp­at umum adalah hal yang tidak sopan. Jadi, saya menghindar­i sikap sok akrab kepada orang-orang lokal.

Tetapi, ternyata, ketika saya berpapasan dengan perempuan-perempuan Rusia yang cantik-cantik itu, mereka yang malah tersenyum duluan. Ini bukan sekali atau dua kali. Melainkan sering sekali. Senyum mereka itu bukan jenis yang hanya menggugurk­an kewajiban. Namun senyum yang intens sambil memandang mata lekat-lekat. Manis sekali. Kadang saya sampai grogi dan meleleh. Nggak kuat! Hehehe... (Maaf ya, bu istri)

Kembali ke fans Kolombia, kehangatan mereka berada dalam level yang berbeda. Mereka benar-benar mudah sekali akrab. Suka sekali tersenyum. Baru ngobrol sebentar, mereka seolah mengundang kita masuk ke lingkaran inti mereka.

Saya pernah berkenalan dengan pria bernama Alejandro Barranquil­la di lorong gerbong kereta api jurusan Moskow– Saransk. Belum lima menit kita ngobrol, dia sudah menunjukka­n foto-foto pribadinya kepada saya. Foto kotanya, foto keluargany­a, bahkan foto saat dia melamar kekasihnya dalam sebuah makan malam romantis di Paris.

Banyak orang Kolombia lain di dalam kereta yang sama yang menawari saya makanan ringan seperti keripik kentang atau mi instan. Perlakuan mereka kepada saya seperti layaknya teman lama. Mengalir, tulus, dan tidak dibuat-buat. Padahal, kenal nama saja enggak!

Satu lagi, seperti halnya orang-orang Amerika Latin, fans Kolombia sangat-sangat mencintai sepak bola. Namun, cintanya asyik dan tidak merusak. Sebab, bagi mereka, kalah atau menang merupakan yang terpenting. Tetapi, bahagia adalah yang utama.

Sekarang timnas Kolombia sudah tidak bermain di Piala Dunia 2018. Tetapi, saya berharap masih ada fansnya yang bertahan di Rusia. Semoga kita masih punya kesempatan bersama-sama merayakan sepak bola dengan cara yang asyik.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia