Jawa Pos

Evakuasi sebelum Hujan Deras

Tim Penyelamat Masih Berharap

-

MAE SAI – Hujan deras mengguyur Mae Sai besok (7/7). Demikian bunyi ramalan cuaca yang disebarlua­skan Departemen Meteorolog­i Thailand kemarin (5/7). Informasi tersebut membuat Gubernur Chiang Rai Narongsak Osatanakor­n cemas. Dia khawatir hujan deras membuat lorong-lorong Gua Tham Luang Nang Non kebanjiran lagi. Itu akan menghambat evakuasi 12 remaja dan pelatih sepak bola Moo Pa (Babi Hutan Liar).

”Hal yang paling saya cemaskan adalah cuaca. Gua itu tidak boleh kebanjiran lagi,” kata Narongsak dalam jumpa pers sebagaiman­a dilansir Associated Press.

Jika gua yang memerangka­p anak-anak berusia 11–16 tahun itu terendam banjir, tim penyelamat bisa kehilangan para korban. Sebab, area yang kini menjadi tempat bertahan 13 korban juga bisa tergenang air.

Narongsak meminta pasukan khusus Angkatan Laut (AL) Thailand alias Underwater Demolition Assault Unit (UDAU), yang berjuluk Seal, segera bertindak. Yakni, mengeluark­an anak-anak yang kondisinya paling fit untuk diajak menyelam. ”Saya minta mereka menimbang-nimbang peluang dan risiko yang akan dihadapi jika evakuasi dilakukan hari ini (kemarin),” ujarnya.

Kemarin Seal menyiapkan 13 alat selam komplet. Alat-alat itu akan dibawa masuk ke dalam gua sebagai persiapan awal evakuasi. ”Jika memang ada peluang untuk mengeluark­an beberapa korban lebih dulu, meski kemungkina­n keberhasil­an tidak sampai 100 persen, sebaiknya Seal tidak menyia-nyiakannya,” lanjut Narongsak.

Sejauh ini, upaya mengeringk­an genangan air banjir dari dalam gua belum berhasil. Selasa (3/7) hujan kembali turun di Mae Sai setelah sehari sebelumnya tidak. Tapi, curah hujan terbilang rendah. Genangan air pun turun sekitar 34 sentimeter. Namun, genangan air di dalam lorongloro­ng gua masih tetap tinggi.

Menyelam keluar, menurut Narongsak, adalah solusi yang paling masuk akal. Sebab, menunggu sampai musim hujan berlalu pun tidak akan membuat risiko evakuasi lenyap.

Dasar gua yang terlalu lembek akan membuat evakuasi dengan berjalan kaki pun sulit. Apalagi, ada lorong yang terlalu sempit untuk dilalui dua orang. Juga, tidak semua lorong bisa dilewati dengan berdiri. Kadang harus merangkak atau merayap.

”Dari belokan menuju Pattaya Beach (nama salah satu area ekstrem di dalam gua), ada ceruk yang panjangnya 15 meter. Area itu sangat sempit. Orang yang berpawakan kecil bisa melewatiny­a. Tapi, mereka yang bertubuh besar tidak bisa,” terang Chalermpho­n Hongyon, kepala Water Rescue Club Region 7, kepada CNN.

Area itu, lanjut dia, hanya bisa dilewati dengan cara menyelam. Padahal, tabung oksigen yang menjadi peralatan wajib penyelam tidak bisa dibawa untuk melewati ceruk tersebut.

Maka, korban harus melepaskan tabung oksigen, mendorongn­ya lebih dulu melewati ceruk, dan baru dia menyusul. Kabar baiknya, setelah melewati ceruk tersebut, korban akan sampai ke area yang kering.

Mengajari para pemain sepak bola cilik tersebut menyelam, bagi Claus Rasmusen, bukan perkara sulit. Apalagi, untuk bisa menyelam, tidak dibutuhkan keahlian berenang. Yang menjadi masalah adalah area yang akan dilewati selama penyelaman itu. Gelap gulita.

 ?? ATHIT PERAWONGME­THA/REUTERS ?? TERUS BERJUANG: Tim penyelam dari berbagai negara mempersiap­kan diri di depan gua.
ATHIT PERAWONGME­THA/REUTERS TERUS BERJUANG: Tim penyelam dari berbagai negara mempersiap­kan diri di depan gua.
 ?? THAI NAVY SEAL/HANDOUT-REUTERS ?? MEDAN SULIT: Tim penyelamat dari AL Thailand berada di gua.
THAI NAVY SEAL/HANDOUT-REUTERS MEDAN SULIT: Tim penyelamat dari AL Thailand berada di gua.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia