Belum Tampung Penggiat Sejarah
Pembahasan Perubahan Nama Jalan
SURABAYA – Penolakan perubahan nama Jalan Dinoyo dan Gunungsari gencar disuarakan Sjarikat Poesaka Soerabaia atau Surabaya Heritage Society (SHS) sejak Maret lalu. Namun, panitia khusus (pansus) perubahan nama jalan DPRD Surabaya belum melibatkan mereka sama sekali dalam pembahasan di dewan.
Sebulan belakangan, pihak yang diundang hanya berasal dari pemkot, pakar sejarah, dan Pemprov Jatim sebagai pengusul. Pansus masih mendengarkan alasan Pemprov Jatim mengusulkan perubahan nama jalan tersebut. Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan Fatchul Muid menerangkan bahwa SHS bakal diundang untuk memberikan pendapatnya. Menurut dia, pandangan dari pihak yang menolak harus ditampung agar berimbang. ’’Rapat selanjutnya dilakukan pada 10 Juli pukul 10.00,” jelas anggota Fraksi Hanura, Nasdem, dan PPP (Handap) tersebut.
Secara pribadi, Fatchul menyatakan tidak sepakat dengan perubahan nama Jalan Dinoyo menjadi Jalan Sunda serta Jalan Gunungsari menjadi Jalan Prabu Siliwangi. Meski, yang diubah hanya sebagian ruas. Alasannya, ada dua ribu warga yang terdampak perubahan alamat. Mereka bakal direpotkan untuk mengurus perubahan KTP, sertifikat tanah, dan administrasi lainnya. Selain itu, nilai sejarah di dua jalan tersebut begitu tinggi.
Direktur SHS Freddy H. Istanto mengungkapkan, SHS tetap menolak perubahan nama jalan tersebut. Freddy menyarankan, nama yang diusulkan dialihkan ke jalan-jalan baru atau jalanjalan yang dinamai sendiri oleh pengembang. ”Nama-nama jalan marketing kan banyak. Kenapa ganggu yang nilai sejarahnya tinggi?” ujar dekan Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra Surabaya itu.
Pemkot juga sedang membangun jalan lingkar luar barat dan timur (JLLB dan JLLT). Middle east ring road (MERR) sisi Gunung Anyar juga dikerjakan tahun ini. Dua nama jalan yang diusulkan Pemprov Jatim tersebut bisa disematkan ke jalan-jalan itu.
Freddy menyatakan, Jalan Dinoyo dan Gunungsari memiliki nilai sejarah tinggi.