16 Orang Masih Dipasung Keluarga
Dinkes Sudah Bebaskan 19 Penderita Gangguan Jiwa
GRESIK – Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik berupaya keras mengakhiri tindakan tidak manusiawi terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Jangan lagi mereka dipasung atau diasingkan. Selama Januari hingga Juni 2018, tercatat sudah 19 ODGJ dibebaskan dari pemasungan. Namun, masih ada 16 orang lagi.
Kasus pasung memang masih terjadi di Kota Giri. Dinkes menargetkan, tahun ini juga Kota Santri harus bebas pasung. Tindakan tidak manusiawi itu melanggar hak asasi manusia (HAM). ”Selain itu, menghambat perkembangan kesehatan pasien,” kata Kasi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Gresik Moh. Nukhan.
Pada 2018 masih ada 35 penderita gangguan jiwa yang hidup dalam pemasungan. Sudah 16 orang bebas. Sisanya, 19 ODGJ, ditargetkan lepas sampai Desember mendatang.
Nukhan mengatakan, pembebasan pasien pasung dilakukan bertahap. Tentu dengan beberapa syarat. ”Yang jelas, dokter jiwa menerangkan kondisi pasien sudah stabil,” ucapnya kemarin (5/7). Pasien dilepaskan, diajak berbaur, kemudian diobati lagi, dilepas lagi, hingga kondisinya benarbenar stabil.
Bagaimana menanganinya? Nukhan mengingatkan, peran keluarga sangat penting. Perlu dilakukan perawatan di rumah. ”Perlakukan ODGJ seperti orang biasa. Jangan malah dikucilkan. Kalau bisa, perlahan diajak berbaur dengan dunia luar,” jelasnya. Hasilnya akan maksimal.
Jika itu tidak dilakukan, kesehatan jiwa pasien semakin buruk. Apalagi sampai dipasung. Dibiarkan sendirian. Pikiran ODGJ akan melayang ke manamana. Itu berbahaya. Ajaklah berbaur agar ODGJ merasakan manfaat bersama orang lain. Nukhan berharap tidak ada kasus pasung baru lagi. Sebab, di Gresik, ada 824 penderita gangguan jiwa.
Kepala Dinkes Moh. Nurul Dholam mengatakan, sisa pasien pasung di Gresik akan dilepas tahun ini. ”Kondisi mereka sekarang masih tahap pengobatan. Tetapi, sudah baik. Tinggal menunggu stabil,” ucapnya.
Lulusan Universitas Brawijaya itu mencontohkan, pasien yang sudah dilepas bisa beraktivitas seperti orang biasa. Malah ada pasien yang mengambil obatnya sendiri ke puskesmas. ”Ada juga yang bekerja di puskesmas,” imbuhnya.