Demam setelah Imunisasi, Wajar
ORI Difteri Tahap Kedua Dimulai
SURABAYA – Syakila Syafa Salsabila menangis kemarin (5/7). Balita 3,5 tahun itu dipangku sang ibu. Meski sudah dipeluk erat, tangisan Syafa tidak berhenti. Para kader Posyandu Melati 4, Krembangan Bhakti, RT 11, pun berupaya membujuknya agar tidak menangis.
Syafa menangis karena hendak diimunisasi. Dokter dari Puskesmas Krembangan Selatan yang bertugas dengan sigap menyuntikkan vaksin di bahu Syafa. Tidak berselang lama, tangisan Syafa mulai terhenti seiring dengan selesainya suntikan.
Ya, kemarin Syafa mendapatkan imunisasi difteri tahap kedua. Syafa tidak sendiri. Kader Posyandu Melati 4, Krembangan Bhakti, Rita Erwinati menyebutkan bahwa ada 55 balita di wilayahnya. Namun, hanya 48 balita yang menjadi sasaran imunisasi. ’’Yang lainnya masih di bawah 1 tahun. Karena sasaran imunisasi difteri di posyandu untuk usia 1–5 tahun,’’ terangnya.
Antusiasme warga untuk datang ke posyandu cukup tinggi. Sebab, sejak jauh-jauh hari, Rita dan para kader lainnya melakukan sosialisasi. ’’Ini untuk imunitas supaya tidak terserang penyakit. Kami sampaikan supaya ibu-ibu juga tidak takut atau khawatir,’’ ujarnya.
Rita menyebut wajar jika ada balita yang demam setelah imunisasi. Karena itu, ibu-ibu juga tidak perlu panik. ’’Bekas suntikan cukup diunyer-unyer supaya tidak bengkak. Bisa dikompres air hangat. Kalau memang ada kendala, tindak lanjutnya ke puskesmas. Tapi, sejauh ini aman,’’ tuturnya.
Imunisasi difteri bukan satusatunya kegiatan pada posyandu balita kemarin. Rita menyatakan bahwa yang tidak kalah penting adalah mencari respons positif
orang tua. Yakni, mau mengantar buah hatinya ke posyandu. ’’Untuk peduli dan memantau tumbuh kembang putra-putrinya,’’ jelasnya.
Karena itu, selain imunisasi, berbagai kegiatan dilakukan. Mulai pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, hingga pelayanan. Balita yang terlalu kurus juga harus dipantau. Demikian juga yang terlalu gendut. ’’Jadi, harus seimbang berat badan dan usianya,’’ katanya.
Selain pertumbuhan, perkembangan pola aktivitas balita menjadi catatan tersendiri. Beruntung, sebagian besar balita di wilayahnya masuk dalam kategori sehat. Sebab, jika terindikasi berat badan kurang, para kader langsung memberikan asupan makanan. Misalnya, susu dan biskuit.
Bekas suntikan cukup diunyer-unyer supaya tidak bengkak. Bisa dikompres air hangat. Kalau memang ada kendala, tindak lanjutnya ke puskesmas.’’
RITA ERWINATI Kader Posyandu Melati 4, Krembangan Bhakti