Suhu Menusuk Tulang sampai Agustus
Salju Selimuti Dieng, Pagi Minus 5 Derajat Celsius
JAKARTA – Suhu dingin menyelimuti sejumlah daerah di Pulau Jawa. Misalnya, warga di wilayah Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen (Barlingmascakeb). Mereka merasakan suhu ekstrem yang lebih dingin ketimbang hari biasa
Diqda Subagyo, warga Dieng, mengatakan bahwa berdasar pengukuran termometer, suhu pada Jumat pagi (6/7) minus 5 derajat Celsius. ”Dingin banget pokoknya,” papar dia kemarin. Saking dinginnya, area Dieng sampai diselimuti salju (bun upas). Luas area yang diselimuti salju diperkirakan mencapai belasan hektare.
Menurut dia, salju terbentuk mulai pukul 19.00. Salju paling luas terjadi di sekitar Kompleks Candi Arjuna. ”Diperkirakan luasnya 15 hektare,” terangnya. Sedangkan suhu di Purwokerto pada Jumat pagi mencapai 19 derajat Celsius. ”Hawa dingin juga kemungkinan pengaruh dari El Nino dan La Nina yang bergerak sesuai suhu dan kecepatan angin,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Banyumas Catur Hari Susilo.
Merujuk data Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau di Banyumas diperkirakan hingga Oktober. ”Selama musim kemarau basah, tidak selamanya panas, kadang juga turun hujan dengan curah yang tidak terlalu tinggi,” tambahnya.
Kepala Bagian Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, suhu dingin yang terjadi sekarang juga bisa berlangsung sampai bulan depan. Kondisi cuaca sejauh ini masih fluktuatif. Dia memperkirakan embusan suhu dingin juga bakal terjadi sampai Agustus. Yang merupakan puncak musim kemarau.
Dia menjelaskan, pada kondisi puncak musim kemarau di Jawa, beberapa tempat yang berada di ketinggian seperti pegunungan berpeluang mengalami kondisi udara di bawah titik beku 0 derajat Celsius. ”Disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang daripada dataran rendah,” katanya kemarin. Kondisi molekul udara pegunungan yang lebih renggang itu membuat dataran tinggi lebih cepat mengalami pendinginan. Lebihlebih pada saat cuaca cerah dan tak tertutup awan atau hujan.
Terkait fenomena munculnya embun es, Hary mengatakan, itu dimulai dari uap air di udara yang mengalami kondensasi saat malam. Kemudian, uap air tersebut mengembun dan menempel pada dedaunan, rumput, atau tanah. Nah, embun itu segera menjadi beku karena suhu udara di lokasi itu sangat dingin. Misalnya, ketika mencapai titik minus atau nol derajat Celsius.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo menambahkan, suhu udara dingin merupakan fenomena alamiah. Fenomena tersebut biasa terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau. Yakni, pada Juli sampai Agustus. Berdasar pengamatan BMKG pada 1–5 Juli, ada beberapa wilayah yang bersuhu kurang dari 15 derajat Celsius. Umumnya berada di dataran tinggi atau kaki gunung. Contohnya, di Ruteng (NTT), Wamena (Papua), dan Tretes (Pasuruan).
”Suhu terendah di Ruteng dengan nilai 12 derajat Celsius pada 4 Juli,” tuturnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Dwi Suryanto menuturkan, fenomena salju di Dataran Tinggi Dieng tidak berpengaruh terhadap pariwisata. Menurut dia, minat turis ke beberapa tempat wisata di kawasan Dieng tetap tinggi. ”Per jam 15.00 tadi (kemarin) jumlah wisatawan mencapai 2.500 orang,” paparnya.
Jika dibandingkan dengan akhir pekan minggu lalu, memang jumlahnya turun. Pada akhir pekan lalu, jumlah wisatawan mencapai 10.000 orang. Dwi optimistis hari ini wisatawan di tempat tersebut tetap banyak. Jumlahnya bisa jadi akan sama dengan minggu lalu.
”Semoga dengan fenomena salju atau bun upas malah menjadi sesuatu yang menarik untuk dikunjungi,” tambahnya. Dia mengatakan, Dataran Tinggi Dieng biasanya memang bersuhu dingin. Namun, fenomena belakangan ini memang unik. Selain berwisata, para pelancong bisa mendapatkan bonus salju di Dieng.