ULANGAN TRAGEDI 2006
KAZAN – Euromundial. Piala Dunia beraroma Piala Eropa. Itulah judul cover yang dipilih harian AS kemarin. Judul tersebut menggambarkan keperkasaan wakil-wakil Eropa di Piala Dunia tahun ini. Sebab, tak ada satu pun wakil Amerika Latin yang tersisa di fase semifinal. Ya, setelah Uruguay angkat koper, kemarin giliran Brasil yang tersingkir. Tim Samba –julukan Brasil– tereliminasi setelah kalah
1-2 (0-2) oleh Belgia pada babak perempat final di Kazan Arena. Semifinal tanpa wakil Amerika Latin ini mengulang tragedi di Piala Dunia 2006.
Ketika itu, Argentina dan Brasil yang tampil di perempat final gagal melaju ke fase berikutnya. Argentina disingkirkan Jerman lewat adu penalti, sedangkan Brasil kalah 0-1 oleh Prancis. Sejak 2006 itu pula, trofi Piala Dunia tak pernah mampir ke Benua Amerika.
Ada apa dengan wakil-wakil Conmebol? ’’Malam yang menyakitkan, ini sama seperti empat tahun lalu (disikat Jerman 1-7 di semifinal Piala Dunia 2014). Malam yang cukup mengerikan, tereliminasi tapi kami tak tahu kenapa,’’ ungkap bek Brasil Marcelo sebagaimana dikutip Globo Esporte.
Kenapa tak tahu? Itu terjadi lantaran Joao Miranda dkk tampil lebih dominan. Mereka mendominasi dengan penguasaan bola mencapai 57 persen. Brasil melepaskan total 26 kali tembakan. Tapi, hanya satu yang berbuah gol lewat Renato Augusto (76’). Sebaliknya, Belgia hanya melepaskan delapan tembakan. Namun, dua di antaranya berbuah gol kemenangan melalui bunuh diri Fernandinho (13’) dan tembakan keras Kevin de Bruyne melalui skema serangan balik pada menit ke-31.
Pilihan amu- nisi Tite patut dipertanyakan. Sejak awal fase grup, pelatih timnas Brasil itu selalu memainkan Gabriel Jesus di posisi nomor sembilan. Bukan Roberto Firmino yang masih bisa mencetak gol di Piala Dunia 2018 ini. Rata-rata, pemain yang menjadi penyuplai Jesus atau Firmino lebih sering jadi pembeda.
Itu situasi yang nyaris sama dengan Uruguay. Los Charruas –julukan Uruguay– di posisi nomor sembilan juga terlalu bergantung kepada duet Edinson Cavani-Luis Suarez. Karena itu, begitu satu di antara mereka absen, ketajaman Diego Godin dkk langsung terdampak.
Nah, kedalaman skuad itu juga yang menjadi handicap di lini tengah Brasil dan Argentina. Lihat efek absennya Casemiro yang digantikan Fernandinho kemarin. Tak cuma gol bunuh diri, keberadaan Fernandinho juga memperlihatkan Brasil kehilangan pengatur serangan di tengah. Yang terjadi di Argentina pun sama. Mereka masih sangat bergantung kepada sosok Lionel Messi. Begitu pula Kolombia yang masih rindu dengan sentuhan-sentuhan James Rodriguez.