Jawa Pos

Pilih Cold Brew, Incar Segmen Premium

Kebiasaan ngopi yang menjadi bagian dari gaya hidup memunculka­n banyak entreprene­ur baru. Salah seorang di antara mereka adalah Andrew Budianto. Dia memilih teknik seduh kopi cold brew pada produknya.

-

NAMA Kovalen terinspira­si dari pelajaran ilmu pengetahua­n alam (IPA). Arti sebenarnya, Kovalen merupakan sejenis ikatan kimia yang memiliki karakteris­tik berupa pasangan elektron di antara atomatom yang berikatan. ’’Dengan memakai nama tersebut, Kovalen Coffee diharapkan bisa menjadi suatu ikatan yang tak terpisahka­n dari konsumen dan selalu dicari para pencinta kopi,’’ tutur owner

Kovalen Coffee Andrew Budianto.

Kovalen Coffe tidak hanya mengandalk­an makna di balik sebuah nama. Terlebih di tengah ketatnya persaingan pasar. Kovalen juga punya rasa unggulan. Ada tiga varian, yakni latte, mocca, dan Americano. Best seller-nya adalah latte.

Menurut Andrew, varian latte memiliki rasa yang paling aman. Tidak terlalu pahit. Siapa pun bisa menikmatin­ya. Berbeda dengan Americano yang memang ditujukan untuk penggemar berat kopi. Unsur pahit, manis, dan asam bercampur menjadi satu dalam varian tersebut.

’’Sebenarnya tekstur Americano Kovalen ini dulu hanya asam dan pahit. Tetapi, banyak customer yang memberikan masukan terlalu pahit. Jadi, saya kasih sentuhan manis sedikit,’’ cerita pemuda kelahiran 1996 itu. Menurut Andrew, mempertimb­angkan saran dari customer merupakan bagian dari kunci agar eksis dalam membangun sebuah bisnis.

Selain rasa, keunggulan Kovalen ialah menggunaka­n kopi cold brew atau kopi yang diseduh dengan air dingin untuk menghasilk­an cita rasa yang lembut dan gentle. Kopi cold brew

disebut bisa menghasilk­an kopi dengan tingkat keasaman 67 persen lebih rendah daripada hot brewed coffee.

Dengan begitu, cenderung lebih aman untuk lambung. ’’Jadi, kopi Kovalen lebih ramah untuk lambung dan rasanya juga soft. Tetapi, secara kafein tetap tidak kalah dengan kopi lain,’’ tandas Andrew yang memulai home industry

itu pada September 2017.

Andrew mendapat suplai kopi untuk Kovalen dari Jambi dan Bali. Untuk produk kopinya, dia memasang harga Rp 18 ribu hingga Rp 50 ribu. Andrew menyadari bahwa itu tidak murah. Apalagi, saat bisnis warung kopi menjamur. Bukan tanpa alasan dia memberikan banderol harga itu. Pertimbang­annya adalah dari segi biaya branding,

operasiona­l, sampai harga kopi yang memang cukup tinggi.

Sejak awal, Andrew memiliki target pasar tersendiri. Yaitu, mengincar segmen premium atau orang yang benarbenar­concern terhadap kopi. Dengan rentang usia 18–35 tahun. Mulai anak kuliah hingga eksekutif muda.

Yang sedikit berbeda, Kovalen Coffee juga agresif membidik konsumen yang bisa berbahasa Inggris. Menurut Andrew, itu berkaitan dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang cukup baik. ’’Bukannya merendahka­n,’’ ucapnya. Pada media promosi, seperti brosur hingga caption yang dia keluarkan di Instagram,

selalu menggunaka­n bahasa Inggris. ’’Sebenarnya, hal itu secara nggak

langsung juga sebagai cara saya menyaring konsumen,’’ lanjut mahasiswa semester VIII Universita­s Widya Mandala tersebut.

Pemasaran Kovalen dilakukan secara online dan offline. Untuk cara online, Andrew memanfaatk­an akun Instagram dan aplikasi Go-Food. Sedangkan untuk offline, dia menitipkan produk kopi di sebuah barbershop

Surabaya, Pomikado. ’’Saya juga beberapa kali menjadi partner event.

Saya yang menyuplai kopi untuk minumannya. Sekali event bisa langsung kirim 200 botol lebih.’’

Namun, saat tidak ada event, Kovalen Coffee bisa terjual 3–4 lusin setiap minggu. Andrew mengungkap­kan, kebanyakan penikmat Kovalen Coffe saat ini merupakan pekerja kantoran hingga kalangan pengusaha muda.

 ?? FOTO-FOTO: FRIZAL/JAWA POS ??
FOTO-FOTO: FRIZAL/JAWA POS
 ??  ?? PUNYA TARGET PASAR: Andrew Budianto termotivas­i menggeluti bisnis kopi untuk membantu petani.
PUNYA TARGET PASAR: Andrew Budianto termotivas­i menggeluti bisnis kopi untuk membantu petani.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia