Jawa Pos

Kekeringan, Warga Pacitan Mulai Krisis Air

BPBD Dropping Lima Tangki Per Hari

-

PACITAN – Meski baru memasuki awal musim kemarau, kekeringan sudah terjadi di Pacitan. Parahnya, beberapa desa di Kota 1001 Gua itu sudah mengajukan permintaan dropping air bersih. Hal tersebut tak terlepas dari semakin minim, bahkan tak adanya, sumber air. ”Sudah kami lakukan dropping air,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggula­ngan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan Windarto kemarin (8/7).

Windarto mengungkap­kan, setiap hari setidaknya dua hingga tiga truk tangki dropping air dari BPBD Pacitan mendistrib­usikan air bersih. Tak jauh berbeda dengan tahun lalu, kebanyakan permintaan datang dari 28 desa yang masuk zona merah kekeringan.

Tahun lalu di antara 12 kecamatan, hanya wilayah Tegalombo yang masuk zona ring dua, tetapi tahun ini berbeda. Di Tegalombo, misalnya, beberapa desa telah mengajukan permintaan air bersih. ”Kebanyakan meminta dropping air karena pipa PDAM mereka rusak,” terang Windarto.

Permintaan air juga datang dari Desa Watukarung. Serupa dengan di Kecamatan Tegalombo, rusaknya pipa PDAM menjadi penyebab kesulitan air. Bencana yang terjadi akhir tahun lalu, lanjut Windarto, menjadi penyebab banyaknya pipa air rusak. ’’Di beberapa lokasi, pipa sudah diperbaiki. Jadi, tak semua permintaan setelah kami survei masih membutuhka­n air. Ada yang membatalka­nnya,” katanya.

Windarto mengungkap­kan, untuk mengantisi­pasi kekeringan, lima truk tangki telah disediakan BPBD untuk memasok air bersih ke berbagai lokasi di Pacitan. Tak tanggung-tanggung, total ada 23 ribu liter terpisah dalam lima truk tangki. Yakni, 3 berukuran 4.000 liter, 1 berukuran 5.000 liter, dan 1 lainnya 6.000 liter. Jika berdasar pengalaman tahun lalu, jumlah itu sudah mencukupi untuk memasok air bersih di 11 kecamatan di Pacitan. ’’Nanti air bakunya dari PDAM untuk suplai air bersih,” jelas Windarto.

Dia menambahka­n, lokasi kecamatank­ecamatan di Pacitan yang berbatu karts dan berbukit membuat air sulit tersimpan saat musim hujan. Air memang bisa meresap ke dalam tanah. Namun, karena jarak antara permukaan tanah dan sumber air dibatasi bebatuan karts, sumur tradisiona­l sulit dibuat.

Butuh puluhan meter menembus bukit untuk mencari air. Ditambah, mayoritas penduduk di beberapa kecamatan tinggal di atas bukit berbatu keras tersebut. ’’Alhasil, air tanah sulit dicari kalau musim kemarau,” sambung Windarto.

 ?? DOKUMEN/RADAR PACITAN ?? LANGGANAN KEKERINGAN: Seorang warga mengangkat drum air untuk mencari sumber air.
DOKUMEN/RADAR PACITAN LANGGANAN KEKERINGAN: Seorang warga mengangkat drum air untuk mencari sumber air.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia