Musuh Mereka Hanya Hujan dan Petir
Para Operator Eksklusif Bronto Skylift DPMK Surabaya
Hanya ada 10 orang yang memegang lisensi operator truk Bronto Skylift 104 meter di Asia Tenggara. Semuanya berasal dari Surabaya. Pasukan khusus Dinas Pemadam Kebakaran (DPMK) Surabaya itu dipercaya sebagai pengendali truk seharga Rp 48 miliar yang didatangkan pemkot akhir tahun lalu.
SALMAN MUHIDDIN
KOMANDAN Peleton (Danton) DPMK Surabaya Muhammad Didik duduk seorang diri di ujung Markas Komando (Mako) DPMK, Jalan Pasar Turi, kemarin (8/7)
Pandangannya tertuju pada televisi buram, bersuara pelan, yang tampaknya sulit dapat sinyal. Telinganya awas mendengarkan laporan dari handie-talkie (HT) dari petugas di lapangan.
Siang itu petugas menerima berita kebakaran di Jalan Mayjen Sungkono. Objeknya alang-alang. Saat musim kemarau, kebakaran di semak kering hampir terjadi setiap hari. Untungnya, kejadian itu bisa cepat teratasi. Tim khusus tak perlu diterjunkan.
Ya, DPMK Surabaya kini punya tim Bronto Skylift 104 meter. Disiagakan untuk kebakaran di gedung tinggi dan situasi lain. Tidak sembarang orang bisa mengendalikan truk seharga Rp 48 miliar tersebut. Hanya ada 10 orang terbaik yang dipercaya pemkot dan pihak Bronto Skylift untuk menjadi operator. Sepuluh orang itu harus bisa menjadi juru mudi truk, pemandu tali-temali, mengoperasikan lift, dan memiliki kemampuan rescue.
”Tolong celukno (panggilkan, Red) Erfan,” seru Didik kepada salah seorang petugas PMK yang melintas di depannya. Tak lama kemudian, Erfan Arif Sugiarto datang. Pria plontos itu mengenakan seragam pemadam biru tua dan celana panjang biru. Dia adalah salah seorang operator Bronto DPMK Surabaya.
Erfan mengatakan, masih ada sembilan lagi rekan yang punya lisensi dari perusahaan asal Finlandia itu. Mereka adalah Bambang Sutejo, Paiman, Nyoto Anggi, Edi Prasetyo, Ferby Is Sugiarto, Misbakhur Munir, Aditya Hari Anggoro, Ariono Trisno Raharjo, serta Rudi Suhartono. Ada yang sedang bertugas, ada juga yang beristirahat di rumah karena pergantian sif. ”Kami semua didiklat di Lasem dua minggu. Langsung orang Finlandia yang memberi materi,” kata pria asal Gunungsari tersebut.
Sebelumnya mereka adalah operator Bronto 55 meter yang didatangkan pada 2012. Mereknya sama. Cuma, truk tersebut lebih kecil, ramping, dan sistem pengoperasiannya lebih simpel.
Nah, untuk Bronto 104 meter, sistem pengoperasiannya jauh berbeda. Karena itu, operator harus dilatih terlebih dahulu oleh instruktur pabrikan skylift asal Finlandia tersebut. Perusahaan truk pemadam asal Eropa itu juga ikut menentukan siapa yang bisa menjadi operator. ”Prosedurnya ketat. Kalau kaki-kakinya kurang lebar sedikit saja, mesinnya enggak mau jalan,” kata Erfan.
Mesin bisa terhenti jika kondisi tidak memungkinkan. Ada sensor angin di ujung lift. Jika terlalu kencang, lift bakal berhenti secara otomatis. Operator yang ada di atas juga tidak akan menabrak objek gedung saat berada di ketinggian.
”Musuh kami cuma hujan dan petir. Bahaya,” lanjut Erfan. Karena dalam ketinggian, lift dengan material logam bisa jadi sasaran empuk petir. Jika sudah begitu, penanganan kebakaran hanya bisa dilakukan dari daratan.
Para operator juga tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apa pun. Jika hanya sistem komputerisasi yang error, pihak Bronto Skylift bisa memperbaikinya dari jauh.
Truk yang sudah terjual di berbagai negara terus dikontrol dengan sistem internet. Mereka bisa mengetahui truk skylift ada di mana dan siapa operatornya. Jika ada kerusakan, sistem bakal mengirim data ke pabrik asalnya secara otomatis. ”Jika yang bermasalah software-nya, perbaikan bisa lewat telepon. Tekan tombol ini, tekan tombol itu. Tapi, kalau hardware yang rusak, itu yang jangan sampai terjadi,” ujar Erfan.
Jika terjadi kerusakan fisik, mekanik harus didatangkan dari Finlandia. Biayanya tentu tidak murah. Bengkel mana pun di Indonesia pasti angkat tangan.