111 Umat Hindu Ikut Ritual Potong Gigi
SURABAYA – Warga Hindu Banjar Besar Surabaya mengadakan ritual mepandes secara masal di kawasan Pura Agung Jagat Karana kemarin pagi (8/7). Ratusan umat yang belum menunaikan kewajiban itu pun berkumpul di halaman pura dengan baju adat serbakuning.
Sejak pagi peserta mepandes duduk di barisan kursi yang berhadapan dengan panggung tempat pandita Ida Pedanda Gede Anom Jala Karana Manuaba. Satu per satu peserta naik ke panggung dan mengangkat tangan setinggi rusuk. Mereka menunjukkan gigi, lalu menjulurkan lidah. Tampaknya, gigi, lidah, dan badan ditulisi aksara suci oleh Ida Pedanda agar ritual mepandes berjalan lancar. Di sisi kiri mereka, di Bale Manusa Yandnya, tersedia empat tempat tidur. Dua tempat tidur digunakan untuk peserta perempuan dan sisanya buat laki-laki.
Ketua Panitia Upacara Mepandes I Made Wisana menyatakan, acara tersebut baru bisa kembali dilakukan setelah enam tahun. Umat Hindu di Surabaya merasa acara potong gigi masal itu perlu dijalankan agar bisa mendekatkan ke sesama penganut di Kota Pahlawan. ’’Memang susah cari waktu yang tepat. Akhirnya dipilih hari ini karena bertepatan dengan libur sekolah,’’ ungkapnya.
Potong gigi masal tersebut diikuti 111 orang. Banyak di antaranya para remaja. Misalnya, Putu Ani Swarni Setianingsih yang kebetulan berlibur di Surabaya. Belia berusia 15 tahun tersebut tinggal di asrama sekolah di Pakis Haji, Malang. ’’Kata kakek saya, daripada ke Bali buat potong gigi, mending di sini lebih dekat,’’ ucapnya.
Ida Pedanda Gede Anom Jala Karana Manuaba mengatakan, upacara tersebut mengandung makna bahwa manusia harus menjauhkan diri dari enam sifat buruk atau biasa dikenal Sad Ripu. Di antaranya, kama yang artinya nafsu, lobha atau serakah, serta krodha yang artinya kejam atau marah. Mada yang berarti mabuk atau gila, moha atau angkuh, dan matsarya yang berarti dengki. ’’Menghapus enam keburukan itu di hati umat disimbolkan dengan memotong empat gigi seri dan dua gigi taring,’’ tuturnya.