Emosional setelah Menenggak Miras
Dua Pelaku Premanisme pada Pengurus HKTI
SIDOARJO – Dua pelaku premanisme terhadap Ketua HKTI Surabaya Noer Hasan kemarin (8/7) ditunjukkan polisi. Mereka adalah Achmad Syamsuddin alias Pampam dan Dwi Cahyono Joyo Santoso alias Kawot. Dari hasil pemeriksaan, kedua pelaku emosional karena dalam kendali minuman keras (miras).
Saat diekspos di mapolresta, Pampam dan Kawot lebih banyak menundukkan kepala. Keduanya beberapa kali berusaha menutupi muka. ’’Pelaku ditangkap di dua tempat berbeda,’’ ujar Kapolresta Sidoarjo Kombespol Himawan Bayu Aji.
Unit Pidum Polresta Sidoarjo lebih dulu membekuk Pampam. Usianya masih 22 tahun. Warga Desa Ngelom, Taman, itu diringkus di tempat tinggalnya pada 6 Juli sekitar pukul 23.00. Beberapa jam berselang, petugas mencokok Kawot. Warga Desa Krembangan, Taman, tersebut digerebek sekitar pukul 05.00. ’’Di rumah juga,’’ kata Himawan.
Meski tidak tinggal satu desa, kedua pelaku selama ini kerap nongkrong bersama. Nah, komplotan mereka sering berpesta miras. ’’Malam saat kejadian itu keduanya juga minum,’’ tuturnya.
Namun, tugas polisi belum berakhir. Masih ada beberapa nama lain yang terus diburu. Mereka berinisial R, J, F, dan P. Awalnya, sebelum terjadi aksi premanisme tersebut, gerom- bolan pemuda itu berada di rumah Kawot. Namun, setelah miras habis, mereka sepakat pergi ke Pacet, Mojokerto. Mereka berboncengan dengan tiga motor.
Nah, iring-iringan pelaku berhenti dekat SPBU Trosobo. Sebab, Kawot mengaku ingin muntah. Imbas menenggak miras. Tidak lama kemudian, muncul mobil yang ditumpangi korban. Yakni, Noer Hasan dan Hasib.
Saat itu Pampam membopong Kawot. R mendadak cekcok dengan sopir mobil yang datang. Tidak hanya adu mulut. R juga memukulnya. Pengemudi nahas itu adalah Hasib, bendahara HKTI Surabaya. Pampam dan Kawot langsung emosional. Mereka mendekat, kemudian ikut menghajar Hasib.
Kemarahan gerombolan itu semakin menjadi-jadi. Emosi para pelaku beralih ke Hasan yang malam itu duduk di sebelah Hasib. Mereka memukuli ketua HKTI Surabaya tersebut dengan membabi buta. Bahkan, ada yang menghantam kening Hasan dengan menggunakan batu. Hasan berupaya menyelamatkan diri. Sampai-sampai lari dan masuk ke parit. Para pelaku tetap mengejarnya. Mereka baru berhenti setelah merampas smartphone. Gerombolan itu lantas meninggalkan lokasi. Dua korban yang berlumuran darah ditinggal.
Menurut Himawan, buntut peristiwa tersebut, komplotan pelaku membatalkan niatnya ke Mojokerto. Mereka memilih bubar. ’’Sempat kabur selama beberapa hari sebelum pulang,’’ jelas alumnus Akpol 1995 itu.
Berbekal petunjuk dari warga sekitar, petugas berhasil mengidentifikasi gerombolan tersebut. Pampam dan Kawot pun dibekuk. Kini keduanya hanya bisa meratapi hidup di balik jeruji besi sambil menanti kepastian hukuman. ’’Identitas pelaku yang masih buron sudah dikantongi. Dalam waktu dekat semoga bisa diamankan,’’ paparnya.