Dari Keluarga Sederhana, Teman-temannya Urunan dari Uang Saku
Eka Nurrohim, Wakil Sidoarjo ke OSN SMP Tingkat Nasional
Eka Nurrohim berbangga hati. Anak tunggal itu telah meraih juara Olimpiade Sains Nasional (OSN) SMP IPS tingkat Kabupaten Sidoarjo. Begitu maju ke tingkat Provinsi Jatim, dia sukses meraih peringkat II. Bocah dari keluarga sederhana itu pun lolos menjadi wakil ke tingkat nasional.
ROBBY KURNIAWAN
EKA adalah anak tunggal pasangan Supadi dan Karmini. Orang tuanya pembantu rumah tangga dan kuli bangunan. Mereka bertiga tinggal di sebuah tempat kos di Desa Pepelegi, Waru. Ukurannya 2,5 x 9 meter.
Setiap bulan orang tua Eka berpenghasilan hanya sekitar Rp 1 juta. ’’Yang terpenting kebutuhan makan kami bertiga terpenuhi. Bapak jadi kuli tidak tiap hari,’’ terang Karmini.
Karmini turut bangga anak tunggalnya menorehkan prestasi. Dia pun tidak menduga Eka mewakili Sidoarjo di provinsi dan nasional dalam OSN SMP IPS. Yang jelas, setiap waktu dia tidak berhenti mendoakan anaknya. ’’Bisa sukses dan membanggakan orang tua. Di mana pun jalan yang ditempuh Eka, kami pasrah saja,’’ ujarnya.
Setali tiga uang, Supiadi juga bangga. Dia tidak mengkhawatirkan biaya pendidikan anaknya kelak. Dia yakin, dengan usaha dan doa, Tuhan akan memberikan jalan. ’’Saya dan ibu selalu berdoa,’’ katanya dengan mata berkaca-kaca.
Bagi Eka, lahir di keluarga kurang mampu tidak lantas membuatnya rendah diri dan putus asa. Malahan, kondisi tersebut membuatnya lebih termotivasi. ’’Orang tua cari uang susah. Makanya saya ingin membanggakan ayah-ibu melalui prestasi di bidang pendidikan,’’ ungkapnya.
Awalnya, bocah kelahiran Malang itu tidak menyangka bisa mengukir prestasi di pelajaran IPS tersebut. Yang jelas, Eka memang suka pengetahuan sosial. Waktu sekolah dasar (SD), dia iseng membaca buku sejarah. Di antaranya tentang kerajaan Hindu-Buddha dan pemerintahan masa Orde Baru. Eka tertarik dengan kisah atau cerita zaman dulu.
’’Saya juga tanya ke ibu, misalnya, gimana Bu zaman Orde Baru? Kebutuhan hidup cukup, ya?’’ ujarnya.
Bukan hanya sejarah. Eka juga gandrung pengetahuan umum. Misalnya, bentuk-bentuk awan hingga fenomena bulan. ’’Unik. Di atas awan ada yang bernama stratus, cumulus, dan pernah terlihat fenomena halo,’’ jelasnya.
Siswa SMPN 3 Waru itu juga biasa turut membantu kerja ibunya sebagai pembantu rumah tungga. Misalnya, ikut bersih-bersih di rumah majikan ibunya. ’’Semua itu untuk meringankan beban ibu,’’ katanya.
Menurut Ratna Dwi, guru IPS Eka, saat di kelas, Eka terkesan tidak terlalu menonjol. Ketika mendapat pertanyaan, dia memilih tenang. Membiarkan temannya menjawab. ’’Ternyata, di balik itu, dia memang tidak mau menunjukkan kepintarannya. Tapi ingin memberikan kesempatan kepada temannya juga,’’ ungkapnya.
Yang berbeda dengan temannya yang lain, lanjut Ratna, Eka sering menemui guru selepas pulang sekolah. Dia meminta sang guru memberikan soal agar bisa dipelajari di rumah. ’’Kami sebagai guru sampai bingung soal apa lagi yang mau diberikan,’’ ucap Ratna yang juga menjadi pendamping Eka dalam lomba OSN tersebut.
Dalam pergaulan, Eka juga disukai banyak temannya di SMPN 3 Waru. Sebelum berangkat ke Padang untuk ikut OSN tingkat nasional, ketua kelas Fanya Aqil sampai berinisiatif mengumpulkan uang saku. Nah, uang saku itu diberikan kepada Eka. ’’Terkumpul hingga Rp 200 ribu. Bentuk persahabatan,’’ katanya.