Jawa Pos

Ketika Ombak Jalur Maut Tak Terbaca Nakhoda

Kapal Nelayan Tenggelam di Jember, 6 Tewas, 4 Hilang

-

– Kapal itu tiba-tiba oleng ke kiri. Ketika ombak besar kemudian menghajar dari arah belakang dan lambung kiri, si ’’Joko Berek’’ tak mampu lagi bertahan.

Terbalik. Lalu tenggelam di Jalur Plawangan, Pantai Pancer, Jember, Jawa Timur

Dari bibir pantai, ratusan warga yang menyaksika­n apa yang terjadi pada kapal Joko Berek itu spontan berteriak, ”Ya Allah... Ya Allah...”

Jawa Pos Radar Jember berada di antara ratusan warga Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, saat detik-detik musibah itu menimpa kapal yang dinakhodai Haji Dirman tersebut. Warga setempat memang terbiasa berkumpul di Pantai Pancer saat ada kabar ombak tinggi.

Di bibir pantai, mereka menunggu keluarga atau kerabat nelayan yang sedang melaut. Berharap-harap cemas kepulangan mereka.

Plawangan yang merupakan gerbang masuk-keluar nelayan Puger menuju Laut Selatan memang dikenal berombak ganas. Sudah berkali-kali terjadi kecelakaan kapal di sana. Dan, kali ini yang paling banyak memakan korban.

Petaka yang terjadi pukul 08.15 tersebut mengakibat­kan enam anak buah kapal (ABK) meninggal. Empat lainnya belum ditemukan (lihat grafis). Sedangkan 12 orang dinyatakan selamat.

Kapolres Jember AKBP Kusworo menyatakan, korban meninggal karena terlempar dari perahu saat terbalik. ”Ombak seperti ini akan terus membesar sampai beberapa hari,” katanya.

Dari informasi yang dihimpun, perahu yang dinakhodai Dirman, warga Dusun Mandaran, Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, itu membawa 22 nelayan. Sebanyak 21 orang di antara mereka merupakan ABK.

Perahu jenis payang (dengan menggunaka­n jaring) itu melaut pada Rabu (18/7). Musibah terjadi ketika perahu hendak pulang dengan muatan penuh ikan.

Sebagaiman­a yang juga disaksikan Jawa Pos Radar Jember dari tepi pantai, sesaat setelah kapal terbaik, para nelayan berusaha menyelamat­kan diri. Ada yang masih bergelantu­ngan di badan perahu.

Tak berapa lama, seluruh ABK dan nakhoda terlempar ke laut. Sebagian terjebak di dalam perahu. Mereka yang terjebak itu adalah yang tadinya bergelantu­ngan saat perahu terangkat.

Setelah tercebur, masing-masing ABK langsung berusaha

menyelamat­kan diri. Mereka terlihat berupaya mencari tumpuan untuk berenang. Meraih apa saja yang terjangkau tangan.

Drum plastik berukuran lumayan besar yang terlempar ke laut juga menjadi rebutan para ABK. Ada yang terlihat bertahan di drum dan ada yang akhrinya terlepas.

Sementara itu, sedikitnya ada tiga ABK yang saling berebut papan kayu. Mereka berusaha menepi ketika ombak datang dan berhasil selamat.

Sejumlah nelayan lain masih terperangk­ap di dalam perahu. Perahu yang posisinya sudah terbalik itu terus terombanga­mbing. Sempat agak minggir, tapi terseret lagi ke tengah hingga puluhan meter.

Hingga tadi malam, pencarian masih dilakukan tim SAR dengan dibantu nelayan sekitar. Empat nelayan yang hilang itu juga tinggal sekampung di Dusun Mandaran, Desa Puger Kulon.

Di kalangan nelayan Puger, Dirman dikenal jago menakhodai kapal. Dia merupakan nelayan sukses. Tak heran jika pada usianya yang masih tergolong muda, 45 tahun, Dirman sudah memiliki kapal seharga ratusan juta rupiah dan sering kali menakhodai­nya sendiri. ”Berkali-kali dia berhasil membawa pulang kapalnya dengan selamat meski dihajar ombak Plawangan yang terkenal ganas itu,” ungkap salah seorang warga.

Namun, Kamis (19/7) kemarin, rupanya, merupakan hari apesnya. Dirman tak bisa berbuat banyak saat perahunya dihantam ombak besar. Kepiawaian­nya membaca ombak tak banyak membantu. Kepiawaian membaca ombak itu merupakan ”ilmu wajib” yang harus dimiliki para nelayan Puger. Konon, sebelum memasuki wilayah Plawangan, nakhoda menghentik­an sebentar perahu. Saat itulah nakhoda menghitung ombak.

Dan, pada hitungan kesekian, ombak akan mengecil sebelum akhirnya besar lagi. Nah, saat hitungan kesekian itulah, biasanya nakhoda langsung menggeber perahunya menembus ganasnya ombak Plawangan.

Para nelayan sebenarnya sudah diberi tahu bahwa ombak dalam beberapa hari ini cukup besar. Tapi, mereka tetap nekat melaut karena memang saat ini mulai musim ikan. Sedang banyak-banyaknya sampai sekitar Agustus nanti.

Dari Jakarta, Dirjen Perikanan Tangkap Kementeria­n Kelautan dan Perikanan (KKP) Zulficar Mochtar mengungkap­kan, KKP sudah menerbitka­n aturan keselamata­n pelayaran. ”Tapi, kompetensi dan kesadaran nelayan relatif masih rendah,” jelasnya.

 ?? JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER ??
JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER
 ?? JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER ?? DETIK-DETIK MUSIBAH: Rangkaian foto yang memperliha­tkan kapal Joko Berek tenggelam di kawasan Plawangan, Puger, Jember, kemarin. Mulai saat kapal dihajar ombak, terbalik, lalu tenggelam. Seluruh awak kapal pun tercerai-berai. Enam orang di antaranya...
JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER DETIK-DETIK MUSIBAH: Rangkaian foto yang memperliha­tkan kapal Joko Berek tenggelam di kawasan Plawangan, Puger, Jember, kemarin. Mulai saat kapal dihajar ombak, terbalik, lalu tenggelam. Seluruh awak kapal pun tercerai-berai. Enam orang di antaranya...
 ?? JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER ??
JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER
 ?? JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER ?? PEMILIK KAPAL: Dirman diselamatk­an warga ketika berhasil berenang ke pinggir Pantai Pancer, Jember.
JUMAI/JAWA POS RADAR JEMBER PEMILIK KAPAL: Dirman diselamatk­an warga ketika berhasil berenang ke pinggir Pantai Pancer, Jember.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia