Inspirasi saat Anak TK Bawa Bekal
Cindayrella Gemilang, Komunitas yang Gandrung Bikin Tas Rajut
Komunitas Cindayrella Gemilang di Dusun Sumberaden, Desa Mronjo, Kecamatan Selopuro, berdiri sejak 2014. Ya, komunitas yang beranggota ibuibu pembuat tas rajutan tangan tersebut telaten menciptakan barang dari beberapa tali.
NONIE BARRA SHINTA, Blitar
AWALNYA hanya berupa tali. Tapi, dengan keahlian tangan masing-masing, terbentuklah tas modis siap pakai. Bukan hanya tas belanja, tas bekal, tas suvenir, tas parsel, dan tas
fashion, ibu-ibu itu juga ahli membuat kotak tisu, baju anakanak, sulak, tali srampat sandal, baju boneka Barbie, sepatu balita, dompet, dan topi.
Jenis benangnya juga bermacammacam. Ada yang memakai tali kor, tali rafia, benang wol, dan benang
polycherry. ’’Motifnya banyak. Mulai
crocodile, bunga-bunga, sisik, halilintar, hingga kipas,’’ kata Tina Rukmiatin, pentolan komunitas rajut Cindayrella Gemilang.
Dia memperoleh inspirasi ketika anaknya yang TK membawa bekal ke sekolah. Saat itu salah seorang teman anaknya membawa bekal dengan menggunakan kresek. Namun, tibatiba bekal itu jatuh dan tumpah berantakan.
Tina lantas berpikir untuk membuat tas yang kuat, lucu, dan unik. Dia pun membuat tas bekal dari tali rafia dan laris sampai sekarang. ’’Lalu, saya kembangkan dan kami mengikuti model serta motif yang semakin lama semakin banyak ragamnya,’’ kata ibu dua anak tersebut.
Anggota komunitasnya pun berawal dari ibu-ibu Desa Mronjo, Kabupaten Blitar. Ada guru serta ibu rumah tangga. Selanjutnya, komunitas itu berkembang dan mendapatkan edukasi dari beberapa desa luar. Mulai Desa Klemunan, Kecamatan Wlingi; Desa Wonorejo, Kecamatan Talun; hingga Desa Jeblog, Kecamatan Talun.
Tina menjelaskan, awalnya dirinya merajut sendiri. Lalu, muncul ide untuk merekrut anggota dari ibu-ibu di Desa Mronjo. Selanjutnya, mereka diedukasi dan lambat laun terbentuklah kerja sama.
’’Kemarin (19/7) komunitas tas rajut ini juga mendapatkan edukasi dari salah seorang warga Desa Jeblog, Surya, untuk memberikan pelatihan teknik makrame karena banyaknya peminat,’’ tuturnya.
Di sela rutinitas membuat tas rajut, beberapa ibu-ibu sibuk mengantar dan menjemput anak sekolah. Dengan begitu, komunitas itu tidak setiap hari buka. Kecuali ada pelatihan atau murid, baru mereka berkumpul.
Namun, dia tetap memberikan tugas untuk membawa bahan, lalu dikerjakan di rumah masingmasing dan menunggu waktu untuk berkumpul. ’’Biasanya mulai merajut ya dari pukul 09.00 sampai 15.00, tapi waktunya terbatas. Sebab, kadang ada anggota yang juga guru SD, jadi saat pagi tidak bisa. Ada yang bisa pagi, sorenya tidak,’’ lanjutnya.