Merawat Bakat-Bakat di Timnas U-16
TIGA kemenangan beruntun memang belum berarti apa-apa. Semifinal dan final saja belum dijalani. Apalagi meraih gelar. Tapi, siapa yang tidak bungah melihat penampilan tim nasional (timnas) U-16 kita di Piala AFF 2016 sejauh ini? Bermain terbuka, penuh semangat, dengan kombinasi teknik individu yang merata dari belakang ke depan.
Bahkan, dalam kondisi unggul pun, pasukan Fachry Husaini itu tak mengendurkan serangan. Tetap menekan lawan di garis pertahanan mereka.
Timnas U-16 seperti mengingatkan kita kembali betapa negeri ini sebenarnya sangat kaya bakat. Tahun lalu timnas U-16 ini pula yang sukses membawa gelar dari Piala Jenesys di Jepang. Tentu semua juga masih ingat kegegapgempitaan menyambut keberhasilan Evan Dimas Darmono dkk menjuarai Piala AFF 2013. Dua tahun sebelumnya, timnas U-15 kita juga berjaya di Piala Pelajar Asia.
Itu hanya sebagian gelar yang berhasil kita menangi di level kelompok umur. Di strata senior? Nyaris nol besar. Sejak membawa pulang medali emas sepak bola SEA Games 1991, tak ada gelar membanggakan yang bisa dihadirkan timnas kita.
Mengapa itu terjadi? Bagaimana bisa sebuah negara yang punya modal bakat muda demikian melimpah jadi demikian melempem di tataran sepak bola senior?
Faktor penyebabnya mungkin banyak. Tapi, patut dicermati apa yang disampaikan Fachry seiring menanjaknya performa pasukannya di Piala AFF U-16. Yakni, tentang ancaman popularitas.
Kurang lebih Fachry mengatakan betapa banyak bakat kita yang menghilang karena tenggelam dalam gelombang ketenaran.
Kita masih ingat euforia setelah timnas U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013. Oleh PSSI, mereka dibawa ke sana kemari. Bertanding di berbagai daerah, pada saat tim asuhan Indra Sjafri itu dalam persiapan menuju Piala AFC U-19 di Myanmar.
Bosan sejatinya mengatakan ini, tapi tetap penting digarisbawahi: Semoga yang terjadi dengan ’’generasi emas’’ kita itu bisa menjadi pelajaran berharga bagi generasi di bawahnya.
Termasuk timnas U-16 sekarang ini, juga kakak mereka, timnas U-19. Marilah menahan diri untuk tidak tergesa-gesa mem-pahlawan-kan mereka.
Biarlah mereka tumbuh alami, termasuk dengan segala kesalahan yang lazim dilakukan anak-anak seusia mereka. Agar jangan sampai lagi bakatbakat kita layu sebelum berkembang.