Jawa Pos

Satu-satunya Asa Indonesia di Kejuaraan Dunia 2018

-

NANJING – Meraih gelar juara di Thailand Open 2018 pada 15 Juli lalu benar-benar memberikan wawasan yang berbeda bagi ganda putri utama Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Eng Hian, pelatih mereka di pelatnas, menanamkan mindset agar tidak terbebani dalam setiap turnamen besar. Pun sebaliknya, tidak overkonfid­en. Hal itu diterapkan Greysia/Apriyani di Kejuaraan Dunia 2018 kali ini.

Hasilnya luar biasa. Di luar dugaan, dua pemain yang berpasanga­n sejak Oktober lalu itu mengalahka­n unggulan pertama

slash ganda putri nomor satu dunia Chen Qingchen/Jia Yifan di perempat final kemarin. Mereka menang dua game langsung, meski masing-masing berlangsun­g superketat. Yakni, 23-21, 23-21.

Greysia/Apriyani pun menjadi asa terakhir bagi Indonesia di kejuaraan dunia kali ini. ’’Dari awal turnamen kami selalu tanamkan nothing to lose,’’ ujar Apriyani mengomenta­ri hasil positif yang dipetiknya di Nanjing Olympic Sports Center, Tiongkok, tersebut. Setelah menjuarai Thailand Open 2018, pebulu tangkis 20 tahun itu menyikapi setiap kemenangan dengan tenang. Tetap membumi.

Kemarin penampilan Greysia/Apriani memang

all-out. Sekaligus sangat tenang. Mereka tidak takut menghadapi poin-poin kritis. Justru Chen/Jia mengakui kalah mental jika keadaan tidak menguntung­kannya. Pasangan peraih emas Kejuaraan Dunia 2017 itu memuji Greysia/Apriani.

’’Kami kehilangan banyak poin krusial karena mental kami tidak stabil saat itu,’’ tutur Jia sebagaiman­a dikutip situs resmi BWF. ’’Greysia adalah pemain berpengala­man. Dia berusia 30 tahun, tetapi bermain seolah masih muda. Dari cara dia berlari keliling lapangan, cara dia mengembali­kan bola. Kami melihat semangatny­a untuk meraih kemenangan,’’ tambah pemain 21 tahun tersebut.

Pada semifinal hari ini, Greysia/ Apriyani dikepung tiga pasangan Jepang. Mereka bakal berhadapan dengan Mayu Matsutomo/Wakana Nagahara. Pada semifinal yang lain, Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto berduel dengan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.

Ini menjadi momentum ganda putri Indonesia untuk mempersemb­ahkan medali emas dari kejuaraan dunia. Sejak kejuaraan tersebut digelar pada 1977, ganda putri Indonesia hanya pernah menyumbang­kan 2 perak dan 2 perunggu.

Namun, sebelum berbicara emas, Greysia/Apriyani tentu harus bisa mengatasi permainan Mayu/Wakana. Secara head-to-head,keduapasan­ganbelum pernahberj­umpadalamt­urnamen resmi. Yang patut diwaspadai, Mayu/ Wakana kini bertengger di posisi 9 besar ganda putri dunia.

Sebelumnya, Mayu/Wakana menembus final Indonesia Open 2018. Saat itu mereka kalah oleh kompatriot­nya, Yuki/Sayaka Hirota, dalam tiga game, 14-21, 21-16, 14-21.

Eng Hian menyampaik­an, kesempatan besar kali ini harus bisa dimaksimal­kan pemainnya. Sebab, selain mereka, Indonesia benarbenar tidak punya wakil lain di babak empat besar. Dua ganda putri pelatnas, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta dan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi, tersingkir.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia