Jawa Pos

Kecelakaan Tinggi karena Buru-Buru

Hasil Evaluasi Satlantas Polrestabe­s

-

SURABAYA – Angka kecelakaan di jalanan Surabaya masih tinggi. Beberapa titik jalan dengan lalu lintas yang padat menjadi penyumbang jumlah kecelakaan yang tinggi. Perhatian besar yang diberikan pihak kepolisian sejatinya sudah cukup efektif untuk menekan angka kecelakaan.

Jalan Ahmad Yani merupakan satu di antara sekian area rawan kecelakaan di Surabaya. Bak buah simalakama, lebar salah sempit pun salah. Jalan itu ditetapkan sebagai jalur black spot karena leganya jalur yang dipakai pengendara.

Selama Juni hingga Juli sudah terjadi 11 kecelakaan di Jalan Ahmad Yani. Baik di jalur utama maupun frontage road (FR). Dalam dua bulan tersebut, angka kejadianny­a sama, yaitu 11. Untungnya, dengan jumlah kejadian yang sama, angka kematian justru berkurang dari Juni ke Juli.

Kanitlaka Lantas Polrestabe­s Surabaya AKP Ketut Antara menjelaska­n, memang bukan hal yang mudah mengurangi angka kecelakaan di Jalan A. Yani. Operasi lalu lintas terus dijalankan. Namun, kecelakaan tetap saja terjadi. ’’Selain jalan, faktor pengendara­nya berperan besar,’’ tuturnya.

Antara menambahka­n, titik kerawanan di Jalan A. Yani banyak tersebar di sisi barat. Baik di lajur utama maupun frontage. Wilayah tersebut kemudian dibagi

lagi menjadi tiga area black spot atau rawan. Yakni, sebelum bundaran Dolog, persimpang­an A. Yani dengan Margorejo, dan depan Royal Plaza. ’’Paling banyak kejadian motor dengan motor atau motor dengan trotoar,’’ jelas mantan Kanitlanta­s Polsek Bubutan itu.

Biasanya, pengendara mengambil haluan terlalu mepet dengan trotoar. Mereka tidak memperkira­kan ruang yang dibutuhkan untuk melakukan haluan. Akibatnya, kendaraan yang mereka kendarai menabrak pembatas jalan. ’’Alasannya ada saja, mulai buru-buru, mau antar sekolah anak, sampai nggak lihat ada trotoar di depan,’’ ungkapnya.

Kecelakaan banyak terjadi ketika pagi. Saat warga Surabaya memulai hari untuk beraktivit­as. Jalanan yang luas dan sepi memacu adrenalin mereka untuk semakin mempercepa­t laju kendaraan. Belum lagi jika mereka hampir telat. Apa saja akan dilakukan untuk sampai ke tujuan tepat waktu. ’’Padahal, mereka seharusnya bangun lebih awal sehingga bisa berangkat lebih awal,’’ tegas mantan Kanitreskr­im Polsek Mulyorejo tersebut.

Karena itu, Antara sering mengingatk­an para pengendara agar berangkat lebih awal ketika ke kantor. Sebab, terburu-buru merupakan faktor kecelakaan terbesar. Itu masuk faktor human error. ’’Berangkat lebih awal apa susahnya? Bangun lebih pagi biar badan fresh daripada keburuburu,’’ tuturnya.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia