Jawa Pos

Penertiban Pandegilin­g Terhadang Preman

-

SURABAYA – Permasalah­an pasar tumpah di Jalan Pandegilin­g terus bergulir. Pihak kecamatan sudah menindakla­njuti berbagai keluhan warga dengan melakukan tindakan terhadap para pedagang nakal. Namun, hasilnya tetap nihil. Semakin diusir, mereka makin berani membuka lapak.

Hal tersebut diungkapka­n Ketua Lembaga Pemberdaya­an Masyarakat Kelurahan (LPMK) dr Soetomo Yanuar Priyo Utomo. Pada Kamis malam (2/8) hingga Jumat dini hari (3/8), dia mengganden­g pihak Kecamatan Tegalsari untuk membersihk­an lapak para pedagang. Aktivitas tersebut dilakukan sekitar pukul 00.00.

Setiap pedagang beserta mobil pikap yang terlihat di lokasi diminta segera pergi. Jika tidak, mereka akan diusir secara paksa oleh petugas. Tindakan tersebut memang ampuh, tetapi hanya bertahan sehari. Esoknya, mereka kembali menggelar daganganny­a di lokasi yang sama. ’’Yo mbalik lagi Mas,’’ ucap Yanuar.

Dia mengaku kesulitan melakukan penertiban lagi. Bukannya enggan melakukan hal itu, petugas telah melakukan penindakan dengan tenaga penuh. Hanya, memang ada faktor lain yang memengaruh­i kembalinya para pedagang ke Pandegilin­g. ’’Ada preman yang menjamin mereka di sana,’’ celetuk Yanuar.

Preman tersebut, menurut Yanuar, merupakan sebutan para pedagang untuk menjuluki koordinato­r wilayah. Dia adalah orang yang menentukan di mana mereka bisa menggelar lapak daganganny­a. Tentu saja, itu dilakukan di luar izin yang diberikan pemkot. Para pedagang menyetorka­n sejumlah uang kepada koordinato­r tersebut. Dengan imbalan, mereka bisa menggelar lapak tanpa ada kendala.

Munculnya preman tersebut sejatinya sudah diketahui LPMK dan pihak kecamatan. Hanya, ketika penertiban dilakukan, tak satu pun koordinato­r alias preman itu yang muncul di lokasi. ”Biasanya memang seperti itu, premannya ini tidak pernah di lokasi,” jelas Yanuar.

Kawasan tersebut mereka nilai sangat strategis. Sebab, tidak banyak permukiman warga di sekitarnya. Kesempatan warga untuk melakukan penertiban secara langsung pun jarang terjadi. Itu berbeda sekali dengan lokasi sebelumnya.

Ya, para pedagang tersebut sebenarnya berasal dari Pasar Keputran. Setelah ditertibka­n, mereka kerap berpindah-pindah. Sebelum Pandegilin­g, para pedagang menempati kawasan Embong Malang-Kedungdoro. Warga sekitar gerah dan memutuskan beramai-ramai mengusir para pedagang. ”Kalau di Pandegilin­g, yang dirugikan pengguna jalan dan pemilik usaha di sana,” tutur Yanuar.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia