Yang Muncrat Bukan Hanya Gula Merah
Berawal dari reseller, Akhmad Janni kini menjadi produsen klepon. Dia berinovasi. Isi penganan kenyal yang manis dan gurih itu dimodifikasi.
PERJALANAN Akhmad Janni terjun pada bisnis food start-up bermula dari keinginannya agar kota kelahirannya, Pasuruan, lebih dikenal. Karena itu, dia memilih produk khas daerah tersebut: klepon. Penganan khas itu banyak dijual di lapak-lapak pinggir jalan. Misalnya, di jalur Surabaya–Malang.
Pada 2016, Janni menjadi reseller dari penjual klepon di daerah Gempol. Setiap subuh dia mengambil klepon, lantas menjualnya ke Surabaya. ’’Selain hasilnya bisa untuk tambah uang kuliah, orang makin kenal dengan Pasuruan,’’ tuturnya.
Jualan Janni itu banyak diminati. Setahun menjadi reseller, penjualan kleponnya terus meningkat. Janni lantas menyarankan agar beberapa penjual klepon di Gempol membuka outlet di Surabaya. Sebab, dia melihat potensinya cukup besar. Namun, banyak yang tidak menindaklanjuti usulan Janni tersebut. Dari situ muncul keinginan Janni untuk berjualan klepon sendiri. Tidak lagi menjadi reseller. ’’Pakai brand dan resep sendiri,’’ ucap mahasiswa semester terakhir di Universitas Airlangga tersebut.
Janni mulai merealisasikan gagasan tersebut pada awal 2017. Secara otodidak, dia mencoba membuat klepon. Dia berusaha membuat variasi agar klepon lebih menarik dan punya keunikan. Juga, berbeda dengan yang sudah beredar di pasaran. Janni juga berupaya menyesuaikannya dengan selera masyarakat Surabaya.
Akhirnya, pemuda kelahiran 1993 itu mencoba mengolaborasikan klepon dengan buah-buahan segar. Ada empat varian, yaitu durian, stroberi, anggur, serta cokelat. Alhasil, jajanan tersebut tidak hanya berisi gula merah lumer yang biasa muncrat saat digigit. ’’Klepon buah yang saya produksi itu isinya buah segar. Pewarnaannya langsung menggunakan sari buah, jadi aman dikonsumsi,’’ papar Janni.
Akhir Februari 2017, Janni mulai menjual klepon buah yang diproduksinya. Namun, bukan perkara mudah mengenalkan klepon buah tersebut. Sebagian orang masih mengenal klepon dengan warna hijau dan gula merah di dalamnya.
Janni tidak menyerah. Itulah tantangan yang harus dipecahkan. Tidak ada jalan lain, promosi harus lebih gencar. Termasuk melalui berbagai media sosial seperti Instagram dan
Facebook. Kerja sama dengan layanan pesan antar Go-Food dan Grab Food juga dilakukan untuk mendongkrak penjualan.
Bukan hanya itu, beberapa kompetisi bisnis Janni ikuti demi brand-nya makin dikenal. ’’Itu bisa dipakai sebagai sarana promosi agar makin banyak yang tahu produk ini. Rajin ikut bazar juga,’’ katanya.
Kerja kerasnya perlahan menuai hasil. Teman-teman kuliah dan masyarakat sekitar mulai suka dengan klepon buah kreasinya. Janni pun makin termotivasi untuk berinovasi. Dia kemudian menambah varian baru dengan rasa cappuccino, green tea, serta original. ’’Ketika itu, di Surabaya, belum ada yang jual seperti ini. Saya berani keluarkan produk klepon buah setelah melihat potensinya yang besar,’’ terangnya.
Akhir 2017 Janni telah memiliki
outlet sendiri di daerah Karang Menjangan, Surabaya. Dia juga punya tim yang beranggota lima orang untuk pengembangan bisnis. Dalam sebulan, klepon buah bisa terjual sekitar 300 boks. Setiap kardus berisi 14 biji klepon. Harganya mencapai Rp 10 ribu–Rp 15 ribu.