Indonesia Lobi AS untuk Pertahankan GSP
JAKARTA – Presiden Joko Widodo menyambut langsung lawatan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin (5/8). Salah satu isu yang dibahas dalam pertemuan itu adalah hubungan perdagangan kedua negara.
Isu perdagangan Indonesia-AS memang sedang ramai dibicarakan. Hal itu menyusul langkah pemerintah AS mengevaluasi sejumlah komoditas asal Indonesia yang masuk ke Negeri Paman Sam. Di antaranya, produk tekstil, plywood, kapas, dan beberapa hasil perikanan. Evaluasi tersebut dilakukan untuk menentukan produk apa yang masih layak menerima generalized system of preferences (GSP) alias potongan bea masuk ke AS.
Menlu RI Retno Marsudi mengatakan, dalam kesempatan tersebut, presiden berharap agar fasilitas GSP terhadap produk Indonesia tidak dicabut. ”Harapan Indonesia tentunya, fasilitas GSP tetap akan diberikan ke Indonesia,” ujarnya seusai pertemuan.
Dalam kesempatan itu, lanjut dia, Indonesia mengingatkan bahwa 53 persen barang yang selama ini masuk list GSP berkaitan dengan produk yang diekspor AS. Dengan begitu, penghapusan GSP akan berdampak pada harga-harga komoditas ekspor AS.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mencontohkan komoditas aluminium Indonesia yang masuk ke AS. Jika GSP dihapus, perusahaan seperti Boeing selaku konsumen aluminium bakal mengalami kenaikan biaya produksi. Imbasnya bisa berdampak pada persaingan harga produk Boeing di pasar internasional. ”Kalau tarif tinggi, itu (Boeing) kalau beli lebih mahal. Airbus bisa lebih murah dari itu,” imbuhnya.