Siapkan Regenerasi, Gembleng Mental Anak Didik
AKBP Ony Radjaloa, Penembak Kawakan Polrestabes Surabaya
Setiap namanya disebut dalam lomba, peserta lain langsung ndredeg. Sebab, pamor AKBP Ony Radjaloa di dunia menembak sangat istimewa. Meski disegani banyak orang, dia tengah gundah. Dia khawatir tidak bisa menemukan pengganti yang pas untuk mewakili Jatim.
MIRZA AHMAD
’’SEBENTAR ya, tak pinjam senjata dulu,’’ ujar AKBP Ony Radjaloa saat ditemui kemarin (5/8). Kala itu dia baru saja turun dari mobilnya di area parkir Polrestabes Surabaya. Ony lantas bergega s menuju ke gedung utama yang bertulisan Hoofdbureau van Politie itu. Dia minta ditunggu di Lapangan Tembak Arjuna di barat gedung utama.
Sekitar 15 menit kemudian, perempuan yang menjabat Kabagsumda Polrestabes Surabaya itu tampak menenteng sebuah koper mini hitam bertulisan SIG Sauer. Merek tersebut jamak digunakan para polisi. Biasanya berjenis pistol. Setelah masuk ke lapangan tembak, dia membukanya. Ternyata, senjata tersebut benar berjenis pistol. Tidak ada peluru yang dibawa. Sebab, perlu izin khusus untuk meminta peluru ke bagian per-
senjataan
Pistol hitam itu lantas diarahkan ke sasaran bulat di ujung barat lapangan. Sedetik kemudian, Ony menekan tombol penggantian magazin. Balok hitam yang jadi tempat pengisian amunisi itu jatuh. Belum sempat menyentuh tanah, dia sudah mengambil magazin lain dari balik saku celana kirinya. Klik. Magazin cadangan itu terpasang di dalam pistol bersamaan dengan suara jatuhnya magazin lainnya. ’’Gampang kan,’’ ucapnya.
Kecepatan dan ketepatan Ony dalam menembak memang diakui lawan-lawannya. Banyak yang protes saat Ony ikut pertandingan antarpolisi. Mulai kelas bintara, perwira pertama (pama), hingga perwira menengah (pamen). Padahal, polwan dengan dua melati di pundak itu mengatakan tidak menguasai semua senjata.
Dua senjata andalan perempuan kelahiran Makassar itu tidak pernah ada kelasnya dalam pertandingan
Jantarpolisi. Yakni, air pistol kaliber 4,5 mm dan walther sport pistol kaliber 22 mm. ’’Kalau senjata lain, ya jarang pegang,’’ jelasnya. Hanya, Ony memang sering menang. Ibu satu anak itu dikenal sebagai atlet pemenang PON (Pekan Olahraga Nasional) tiga kali berturut-turut. Yakni,PONXVIIdiKalimantanTimur pada 2008, PON XVIII Riau pada 2012, dan PON XIX pada 2016 di Jawa Barat. Empat emas sudah disumbangkan untuk Jawa Timur.
Perempuan 53 tahun itu memang andalan Polda Jatim. Belum ada yang bisa menggeser posisinya sampai sekarang. Namun, hal tersebut dianggap posisi yang berbahaya. Karena itu, dia segera melakukan regenerasi. Ada lima anggota yang kini dilatih. Dua polwan dan tiga polisi laki-laki dari polrestabes sudah dididik Ony.
Latihan demi latihan dilangsungkan. Jadwalnya tidak tentu. Bisa dua minggu sekali atau sebulan sekali. Kendalanya ada dua. Kesibukan setiap anggota dan ketersediaan peluru untuk latihan. Perizinan untuk menggunakan peluru memang ketat. Tiap polisi hanya dibatasi 10 peluru per latihan. Sebab, persediaan peluru dioptimalkan untuk keperluan operasional. Menembak pelaku atau gembong narkoba, misalnya.
Dalam latihan teknis, dia hanya membimbing sekadarnya. Ada beberapa anggota di polrestabes yang dianggap lebih ahli dalam hal senjata. Ony lebih memilih melatih mental dan kepercayaan diri anggota. Nama besarnya kerap digunakan untuk sekadar psywar di beberapa pertandingan. Dia hadir di lapangan tembak, lalu mengaku ikut lomba. Padahal, jelas-jelas anggota lain yang ikut lomba. ’’Gitu aja sudah takut semua,’’ katanya, lantas terbahak.
SedikitdemisedikitOnyberusaha memberikan panggung bagi juniornya.Sejumlahmotivasitidak henti-hentinyadisuntikkan.Misalnya, dalameventKapoldaJatimCuppada 3 Agustus. Namanya memang tercantum dalam daftar peserta. Namun,begitupertandinganhendak dimulai,diamemilihmundur.Junior yangsudahdilatihdiyakinkanuntuk bisamenangtanpadirinya.’Ternyata menangjuga,dapatjuarapolrestabes kemarin,’ paparperempuanberdarah Maluku Utara itu.
Mantan pengajar tembak di Sepolwan Jakarta tersebut menganggap ilmu menembak harus diawali rasa percaya diri. Jadi, siapa pun lawannya saat bertanding tidak jadi masalah. Yang jadi musuh utama adalah diri sendiri. Ony menyebut siapa yang bisa mengendalikan diri untuk menguasai senjatanya bakal jadi pemenang. ’’Jadi, nggak ada itu alasan takut kalah sama orang lain,’’ tegasnya.
Selain itu, dia meyakinkan para juniornya untuk tidak patah arang dalam mengejar prestasi. Sebab, menurut pengalamannya, tidak ada penghargaan yang tiba-tiba turun dari langit. Kuncinya terus berlatih. Ony lantas menunjuk banner kuning yang terpampang di sudut Lapangan Arjuna. Tulisannya Kami Bukan Jago Tembak, Kami Hanya Terlatih.