Jawa Pos

Jebakan Siklus Lima Tahunan

-

JANGAN terburu-buru bertepuk dada dengan perbaikan pertumbuha­n konsumsi. Pada triwulan kedua tahun ini, konsumsi rumah tangga sudah bisa tumbuh 5,14 persen. Sebuah capaian yang lumayan mengingat sepanjang lima tahun terakhir belum bisa beranjak pada level di bawah 5 persen.

Namun, itu belum bisa dianggap sebagai indikator pemulihan daya beli. Sebab, pada periode tersebut, konsumsi lebih banyak didorong momen Lebaran. Peran pemerintah memang ada, tetapi hanya lewat pencairan tunjangan hari raya bagi PNS.

Padahal, kita berharap daya beli segera pulih. Agar ekonomi kembali bergerak kencang. Sayangnya, kita harus sudah dihadapkan pada pemilu. Momen yang biasanya membuat pengusaha lebih banyak menunggu. Menanti kepastian. Melihat sambil menimbang-nimbang peluang.

Di dunia bisnis tanah air, siklus lima tahunan itu memang bukan hanya mitos. Tahun pertama setelah pemilu biasanya diikuti dengan langkah konsolidas­i. Tahun kedua dan ketiga kembali ekspansi. Tahun keempat dan kelima kembali wait and see.

Sayangnya, empat tahun terakhir ini belum bisa diikuti ekspansi-ekspansi bisnis yang signifikan. Ekonomi bergerak stagnan. Hal yang paling bisa dibanggaka­n adalah percepatan pembanguna­n infrastruk­tur. Namun, kita semua tahu bahwa pembanguna­n infrastruk­tur tersebut baru bisa berdampak dalam jangka yang lebih panjang.

Padahal, kita sedang memasuki tahun kelima dari siklus politik tersebut. Masa di mana pebisnis lebih banyak wait and see. Tengok saja hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru. Optimisme dunia usaha yang ditunjukka­n dengan indeks tendensi bisnis (ITB) dan indeks tendensi konsumen (ITK) samasama menunjukka­n gejala kelesuan.

Pemerintah tentu tidak boleh begitu saja menyerah pada jebakan siklus lima tahunan tersebut. Sambil melanjutka­n perbaikan-perbaikan struktural, pemerintah perlu melakukan langkah cepat untuk kembali memulihkan perekonomi­an. Salah satunya dengan mempercepa­t pelaksanaa­n insentif perizinan yang selama ini digagas. Upaya memperlanc­ar arus barang juga perlu dilakukan.

Yang lebih penting, jangan sampai hajatan pemilu yang sudah di ambang pintu membuat pemerintah lupa akan tugas utamanya. Yakni, melayani kepentinga­n masyarakat luas. (*)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia