Jawa Pos

Pelanggan Berpaling karena Sering Ditinggal Kontrol

Menderita skizofreni­a bukanlah akhir segalagala­nya bagi Yasid Santoso. Dia mampu sembuh dari stigma ODGJ. Kemudian merintis dua usaha. Salah satunya kini menjadi tumpuannya dalam menghidupi keluarga.

- SURYO DEWO RAHMADIANT­O, Kediri

MENGUNJUNG­I rumah tanpa pagar di Desa Sendang, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, ini, kita akan disambut tumpukan tabung gas melon. Tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram. Masih diiringi suara burung merpati yang terdengar dari kandangnya di dekat tumpukan itu.

Sesaat kemudian, sang tuan rumah muncul. Tegar dan bersemanga­t. Meskipun Yasid Santoso, si empunya rumah, masih dalam

proses penyembuha­n akhir.

Lelaki 35 tahun itu masih dalam tahap pengobatan untuk penyakit skizofreni­anya. Penyakit yang kemudian membuatnya dicap sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Di rumahnya itu Yasid tinggal dengan sang kakak Lukman Hakim, 40. Yang mengidap penyakit yang sama. Sementara sang ibunda Qisti Fadah, 74, dengan setia menjaga dan merawat dua anaknya itu. Kini, meski masih dibayang-bayangi label ODGJ, Yasid adalah tulang punggung keluarga tersebut. Mengelola bisnis elpiji setelah sembuh dari penyakitny­a.

Yasid menjelaska­n awal mula mengidap penyakit yang kini dideritany­a. Gejalanya sudah dia rasakan pada 2013. Saat itu dia tak memedulika­n. Membiarkan penyakit tersebut menjangkit­i. Tanda-tandanya, dia seperti mendengar suara yang menghina dirinya. ”Tapi, saya cari orangnya, tidak ada,” cerita dia.

Saat penyakit itu menyerang, Yasid sebenarnya sedang bekerja di perusahaan pelayaran. Dia juga tengah menunggu ijazah dari program pendidikan pelayaran yang diikuti. Saat menunggu terbitnya ijazah itulah, penyakit anehnya tersebut menghampir­i. Gejalanya: sering mendengar suara-suara aneh. Puncak dari gangguan itu dirasakan Yasid pada 2014. ”Semakin jelas mendengar suara-suara yang menghina saya,” ungkapnya.

Dalam sehari Yasid mendapat kiriman 50 tabung gas dari agen. Dengan keuntungan per tabung Rp 500, laba yang dia raih mencapai Rp 75 ribu per hari. Karena elpiji harus habis dalam sehari, dia pun menjajakan ke toko-toko kelontong di sekitar desanya.

Yasid berkelilin­g mengantar elpiji dengan motor. Membawa 15 tabung sekali jalan. Awalnya dia memiliki motor roda tiga. Tapi, motor itu terpaksa dijual. Gara-garanya, saat itu dia sering libur berjualan. Karena butuh kontrol dan beristirah­at.

Nah, karena dia sering libur itulah, banyak pelanggann­ya yang berpaling. Ditambah lagi, dia baru bisa berjualan setelah salat Duhur hingga Asar. ”Soalnya, kalau habis minum obat itu rasanya ngantuk. Jadi, pagi saya buat untuk tidur saja,” jelasnya.

 ?? JAWA POS RADAR KEDIRI ?? TETAP SEMANGAT: Yasid Santoso (tengah) bersama ibunya, Qisti Fadah, dan sang kakak Lukman Hakim.
JAWA POS RADAR KEDIRI TETAP SEMANGAT: Yasid Santoso (tengah) bersama ibunya, Qisti Fadah, dan sang kakak Lukman Hakim.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia