Langsung Fokus Indonesia Open
SYDNEY – Jonatan Christie memastikan gelar Australian Open 2019 setelah pukulan kerasnya ke sisi kiri lapangan gagal dibendung Anthony Sinisuka Ginting. Jonatan menang dalam rubber game 21-17, 13-21, 21-14 selama lebih dari satu jam di Quaycentre, Sydney, kemarin.
Ini adalah gelar tunggal putra pertama di Australia sejak Dionysius Hayom Rumbaka melakukannya pada 2009 silam.
Ini adalah gelar kedua Jojo di BWF Tour tahun ini. Hebatnya, pemain 21 tahun itu meraihnya secara berturut-turut. Sebelumnya, Jojo menjuarai New Zealand Open 2019 yang berakhir 5 Mei lalu.
Dalam pertandingan tersebut, Jojo memang tampak lebih dominan. Jojo mengaku kali ini dirinya lebih beruntung. Namun, dia tidak ingin terlarut dalam euforia berlebihan. ’’Fokus ke depan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Apalagi, ada Indonesia Open sebulan lagi,” ucap peraih emas Asian Games 2018 tersebut. Bagi pelatih tunggal putra Hendri Saputra, hasil itu cukup melegakan. Sebab, ini merupakan pembuktian bahwa tunggal putra masih bisa juara. Sepanjang tahun ini, sektor tunggal putra memang mendapat kritik habis-habisan karena prestasinya yang tidak konsisten. Selain dari pencinta bulu tangkis, kritik datang dari dua legenda tunggal putra Indonesia, yakni Rudy Hartono dan Taufik Hidayat.
’’Kritik itu tidak masalah. Saya hanya kerja untuk bulu tangkis Indonesia. Saya rasa bagus ada ktritik, membuat kami terus semangat sehingga bisa meningkatkan standar kualitas. Khususnya untuk hasil yang lebih baik,” jelas Hendri.
Capaian itu memang melegakan. Namun, New Zealand Open dan Australian Open hanyalah turnamen berlevel super 300. Artinya, masih ada tiga turnamen dengan level lebih tinggi yang harus ditaklukkan. Yakni, super 500, 750, dan 1000. Dan, pada 16 sampai 21 Juli mendatang, Jojo dan Ginting menghadapi salah satu turnamen terbesar BWF Tour, Indonesia Open 2019 yang berlevel super 1000.
Melihat hal itu, Hendri tetap tenang. ’’Nanti kami diskusikan hasil dari Australia. Latihan apa yang bisa membantu pemain biar bisa cepat maju. Dalam hal ini bisa memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan mereka,” ujarnya.
Gelar dari tunggal putra adalah satu-satunya yang bisa dibawa pulang dari Australia. Ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti kembali gagal di final. Pada final ketiga mereka tahun ini, Praveen/Melati kalah oleh unggulan pertama dari Tiongkok Wang Yilu/Huang Dongping dengan skor sangat telak 15-21 dan 8-21.