Jawa Pos

Race Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

-

CONNECTICU­T  Pelari paro baya yang akan mengikuti long race sangat disarankan untuk menjaga hati pada hari H race. Harus tetap tenang dan tak perlu over-excitement. Jika tidak, ancaman serangan jantung akan menghantui.

Menurut Dr Paul D. Thompson, Emeritus Chief of Cardiology di Hartford Hospital, Connecticu­t, AS, risiko serangan jantung makin tinggi saat race dilakukan. Secara statistik, kasus serangan jantung menimpa 1:100.000 pelari paro baya. Namun, statistik itu berubah drastis pada hari H maraton. Yakni, 1:57.000 peserta. ”Diperkirak­an karena over-excitement dan stres yang dialami peserta. Dua hal itu memberikan tekanan lebih besar pada jantung,” terangnya, seperti dikutip dari irishtimes.com kemarin (9/6).

Penulis tiga buku tentang kardio pada olahraga itu melanjutka­n, pelari maraton memang unik. Di satu sisi, maraton dapat memicu risiko serangan jantung dalam jangka pendek. Di sisi lain, maraton juga menurunkan kemungkina­n serangan jantung dan penyakit jantung lain dalam jangka panjang.

Thompson mengatakan, substansi latihan endurance memang bisa menurunkan risiko perkembang­an penyakit jantung secara umum. Namun, jantung pelari maraton sangat mungkin masih menyimpan plak-plak lemak yang dapat memicu serangan jantung.

Pelari paro baya paling rentan terkena serangan jantung. Saat menjadi peneliti pada 2012, Thompson mendapati 59 pelari full marathon dan half marathon yang mengalami serangan jantung pada rentang waktu 2000– 2010. Dari data tersebut, 51 pelari merupakan pria paro baya dan hampir seluruhnya sedang berkompeti­si di ajang maraton.

Dalam penelitian lain pada 2012, Thompson menarik kesimpulan bahwa mayoritas kasus serangan jantung saat maraton melibatkan pria paro baya. Mereka ambruk di enam kilometer terakhir.

Jadi, apakah harus berhenti berlari? Kata Thompson, jangan. Secara umum, berlari dapat menurunkan kemungkina­n timbulnya penyakit jantung atau meninggal karena penyakit jantung. Jika punya keraguan, pelari bisa berdiskusi dengan dokter. ”Terutama jika mengalami nyeri dada, sesak napas, mati rasa di bahu atau rahang kiri, atau kelelahan yang tidak biasa sebelum, selama, atau setelah lari,” paparnya.

 ?? ALFIAN RIZAL/JAWA POS ?? SIGNAL: Kenali kondisi tubuh saat berlari. Jangan memaksakan diri ketika terasa tak mampu.
ALFIAN RIZAL/JAWA POS SIGNAL: Kenali kondisi tubuh saat berlari. Jangan memaksakan diri ketika terasa tak mampu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia