Petugas Damkar Sulit Dapatkan Suplai Air
Kerugian Kebakaran Pabrik Garmen Capai Miliaran Rupiah
GRESIK – Mudji Sudarmanto, 62, terlihat sibuk. Sekuriti di pabrik garmen di Jalan dr Soetomo itu terlihat wira-wiri membantu petugas pemadam kebakaran (damkar). Dia mengambil air minum untuk petugas atau memegangi slang air mobil damkar.
Yup, pada pukul 13.30, pabrik garmen tempat Mudji bekerja tersebut diamuk si jago merah. Saat itu, pabrik celana jins, baju koko, dan pakaian kasual itu sedang tutup. Puluhan pekerja sedang libur Lebaran.
Sebanyak 12 unit mobil kebakaran dari Pemkab Gresik, PT Petrokimia Gresik, dan Pembangkit Jawa-Bali (PJB) Gresik berjibaku memadamkan api. Tumpukan bahan baku garmen yang berupa kain dan sebagian karpet membuat amukan si jago merah sulit dikendalikan.
Akibatnya, seluruh barang di dalam pabrik bekas supermarket berupa mesin, mobil boks, dan sejumlah sepeda angin tersebut tidak terselamatkan. Menurut sejumlah warga, api terlihat dari belakang pabrik garmen. Lokasi itu merupakan tempat penyimpanan bahan baku pembuatan baju maupun celana. Api kemudian merembet ke bagian tengah, lalu depan.
Kapolsek Kota Gresik AKP Inggit Prasetyanto mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab kebakaran tersebut. ”Kami masih selidiki. Bisa jadi korsleting atau penyebab lain,” tutur perwira tiga balok itu.
Selama proses pemadaman, ruas jalan ditutup untuk kendaraan umum. Selain lalu-lalang mobil damkar, lokasi kebakaran dipenuhi massa. Mereka berjajar di trotoar hingga badan jalan. Warga yang berjubel untuk melihat, mengambil gambar, video, maupun swafoto membuat polisi kewalahan. Kanitbinmas Polres Gresik AKP Zunaidi berkalikali menghalau dan mengingatkan masyarakat untuk menjauh dari lokasi kebakaran.
Sekitar pukul 18.00, api bisa dipadamkan. Akan tetapi, pembasahan masih terus dilakukan. Namun, sekitar pukul 20.00, api muncul lagi. Kerugian ditaksir miliaran rupiah.
Sementara itu, Kepala UPT Damkar Gresik Eka Prapagasta Widya Darma menyatakan, lamanya pemadaman api disebabkan beberapa faktor. Pertama, bahan yang terbakar berupa kain. Kedua, petugas kesulitan untuk masuk ke akses utama titik api. ”Tidak ada akses masuk ke titik api. Bisa saja tembok kami jebol, tapi khawatirnya api merembet,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, petugas damkar sulit mendapatkan suplai air. ”Api sudah bisa dipadamkan. Air habis, api kembali membara,” ucapnya. Eka berharap pembuatan hidran kota untuk mengatasi bencana kebakaran.